Catatan
Bambang Kussriyanto
Agenda 21/1992
Bab 15 berkenaan dengan Konservasi Keanekaragaman Hayati. Catatan di bawah ini adalah posisi Indonesia
tahun 2004. Indonesia
adalah salah satu sumber keanekaragaman hayati
terbesar di dunia dan sering kali disebut
negara
mega biodiversity. Menurut WCMC (1994) Indonesia memiliki 10 persen spesies
tanaman bunga, 12 persen spesies mamalia dan 17 persen spesies burung dan
sekitar 47 jenis ekosistem. Sebagian besar penduduk Indonesia
tergantung pada keanekaragaman hayati untuk kelangsungan
hidupnya. Berdasarkan pengetahuan tradisional mereka, sejumlah masyarakat di Indonesia
memanfaatkan lebih dari 6000 spesies tanaman dan hewan setiap harinya
(Bappenas, 1993).
Di sisi lain,
Indonesia juga memiliki daftar terpanjang spesies flora dan fauna yang terancam
punah dan menghadapi penipisan keanekaragaman hayati yang serius.
Sekitar 20 -70 persen jenis habitat asli telah lenyap. Setiap
harinya diperkirakan terdapat satu species yang punah, sementara erosi genetika terjadi
tanpa tercatat. Penyebab kerusakan keanekaragaman ini diantaranya adalah
kebijakan dan strategi ekonomi yang tidak sesuai, lemahnya penegakan
hukum, eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan,
pengenalan spesies asing dan kebijakan pertanian yang tidak sesuai (Bappenas, 1993).
Akar permasalahannya adalah kebijakan pembangunan di Indonesia yang selama 4
dekade belakangan ini belum menganggap keanekaragaman hayati
sebagai aset untuk dikelola secara berkelanjutan. Hal
ini jelas terlihat pada kebijakan yang mengatur pembangunan nasional serta sektoral
seperti kehutanan dan pertanian. Meskipun pada kenyataannya aset negara
sesungguhnya adalah sumber keanekaragaman hayati, pembangunan nasional
lebih memberikan penekanan pada industrialisasi. Di sektor pertanian,
praktek monokultur khususnya tanaman pangan telah mengakibatkan erosi
genetika dan spesies. Di sektor kehutanan penekanan pada pengambilan kayu dan
perkebunan kayu dengan penanaman sedikit spesies, bahkan seringkali spesies
asing, telah mengakibatkan degradasi ekosistem maupun erosi spesies.