Lebih dari setengah populasi manusia di dunia tergantung oleh air yang
berasal dari aliran sungai-sungai yang bersumber dari gunung, baik untuk
kebutuhan minum, pengairan tanaman pangan, sumber tenaga listrik dan bagi
keberlanjutan berbagai industri. Peran strategis dan vital ekosistem gunung,
selain menjadi pusat konsentrasi keragaman hayati serta memiliki budaya dan
tradisi yang khas, sesungguhnya yang terutama adalah keberadaannya sebagai
sumber air bersih dalam tata air secara keseluruhan.
Maka sustenabilitas ekosistem kawasan gunung sebagai sumber air perlu
mendapat perhatian. Juga di Indonesia. Ekosistem adalah tatanan unsur lingkungan hidup yang merupakan kesatuan
utuh-menyeluruh dan saling mempengaruhi dalam membentuk keseimbangan,
stabilitas, dan produktivitas lingkungan hidup. Ekosistem yang baik dapat
menangkal bencana alam yang merugikan orang banyak. Banjir yang kronis melanda
Jakarta antara lain ditengarai sebagai akibat dari rusaknya ekosistem gunung di
kawasan Puncak Cisarua, Bogor, yang tidak mampu lagi menahan air larian
sehingga meluncur turun deras menjadi banjir kiriman menggenangi Jakarta.
Banjir yang semakin sering terjadi di kota Bandung pun ditengarai disebabkan
oleh rusaknya ekosistem kawasan sekitar Hutan Juanda di Lembang. Bukan mustahil
pula banjir kronis di kota Semarang bukan saja disebabkan oleh rob air laut,
tetapi juga oleh rusaknya ekosistem gunung di bagian selatan kota karena
maraknya alih fungsi lahan menjadi kawasan pemukiman yang kurang penghijauan.
Masalah kita dengan demikian adalah bagaimana membangun ekosistem gunung yang
dapat menahan air hujan, meresapkannya ke dalam tanah, dan menjadikannya sumber
air lestari bagi daerah-daerah di bawah gunung-gunung. Tatakelola ekosistem (termasuk
ekosistem kawasan gunung) meliputi a. perencanaan; b. pemanfaatan; c. pengendalian; d. pemeliharaan; e. pengawasan; dan f. penegakan hukum.