Salah
satu program pendidikan dan pemberdayaan
ekologis-ekonomis CINDELARAS PARITRANA adalah pendidikan
pertanian organik secara partisipatif. Pendidikan tersebut dilakukan
di komunitas desa atau dusun yang sebagian besar penduduknya bermata
pencaharian sebagai petani. Memang kebanyakan petani secara umur
sudah menjadi semakin tua, namun petani-petani muda yang bersemangat
masih cukup ada. Tanpa pendidikan pertanian organik,
pola pertanian yang dilakukan kebanyakan konvensional, yakni
mempergunakan pupuk buatan, pestisida serta herbisida yang berlebihan
bertahun-tahun. Tambahan lagi, benih-benih hibrida maupun hasil
intervensi transgenik banyak masih menjadi andalan. Bibit lokal atau
endemik masih kurang digunakan. Pendidikan pertanian organik selain
memperkenalkan kembali penanaman benih lokal juga mendorong lebih
banyak penggunaan pupuk kandang dan kompos serta pestisida dan
herbisida alami. Banyak dari petani belum menyadari kalau
penggunakan asupan kimia non-organik secara berlebihan menimbulkan
ancaman kesehatan maupun merusak kualitas tanah mereka. Sementara itu
bahan-bahan organik yang ada di sekitarnya bersifat menyuburkan tanah
tidak banyak digunakan. Dari segi perhitungan bisnis, penerapan
pertanian organik dalam jangka menengah dan panjang akan lebih
menguntungkan selain juga menyehatkan manusia dan lingkungan.
Melihat
keprihatinan tersebut, CINDELARAS PARITRANA mengajak petani muda
dari 5 komunitas masing-masing mewakilkan 2 orang untuk belajar
ekologi tanah dengan Wadah Belajar Petani di Godean. Pelatihan
Ekologi Tanah (PET) adalah pendidikan untuk mengetahui kondisi tanah
secara fisik, kimia dan biologi dengan alat sederhana. Artinya secara
fisik bisa mengetahui struktur tanah, kemampuan tanah menyimpan air,
udara tanah, dan daya kapiler tanah. Selain itu, secara kimia juga
dapat mengetahui keasaman tanah, kapasitas tukar kation, uji mineral
atau mengetahui kesuburan tanah. Secara biologi petani juga bisa
mengetahui kehidupan tanah. Dalam PET tersebut tanah yang diuji
sebagai bahan praktek adalah tanah dari lahan mereka sendiri. Cara
ini untuk menyadarkan mereka agar mereka bisa memilih tindakan yang
tepat terhadap tanah mereka sendiri. Setelah diuji mereka tahu
lahannya sudah rusak akibat penggunaan pupuk dan pestisida kimia
terus menerus.
Sepulang
dari pelatihan tersebut, banyak petani yang semakin kuat untuk
berubah sikap. Mereka memanfaatkan bahan organik yang ada di sekitar
mereka dan sudah tidak lagi menggunakan bahan kimia non-organik lagi.
Sistem pertanian yang mereka terapkan tersebut mereka sebut dengan
pertanian organik. Untuk menguatkan sistem pertanian organik yang
mulai dijalankan, mereka yang ikut Pelatihan Ekologi Tanah sepakat
untuk membentuk kelompok sebagai media bertemu mendiskusikan sistem
pertanian yang dijalankan. Kelompok ini semula diberi nama ”Soko
Alit”, kemudian pada perkembangannya berganti nama menjadi Petani
Organik Cindelaras (POCi). Tujuan dibentuknya POCi adalah untuk
memperkuat dan mengembangkan pertanian organik di komunitas
masing-masing dan di komunitas lain dalam wilayah dampingan
CINDELARAS PARITRANA. Kesepakatan tersebut didukung sepenuhnya oleh
CINDELARAS PARITRANA. Dengan demikian, terjadi transformasi
pengetahuan dari petani ke petani, sehingga lebih mudah diterima
karena penyampaiannya dengan bahasa dan pengalaman para petani
sendiri dalam mengelola lahan pertaniannya.
Balak:
Membangun Paguyuban dan Menemukan Pestisida Nabati
Petani
Organik Cindelaras (POCi) adalah sebuah kelompok yang beranggotakan
petani dari komunitas Kleben, Jetis, Pakelan, dan Karangwuni.
Masing-masing anggota mempunyai pengalaman spesifik untuk saling
melengkapi dengan saling belajar satu dengan yang lain. Kleben dengan
pengalaman pertanian organik padi, Jetis dengan pengalaman pertanian
tumpangsari, Pakelan dengan pengalaman pertanian palawija lahan tadah
hujan dan Karangwuni dengan biogasnya. POCi telah ikut mengembangkan
pertanian organik di komunitas dampingan CINDELARAS PARITRANA pada
kurun waktu 2006-2008, antara lain di Komunitas Balak, Payak,
Pakelan, Karang Wetan, Karang Padang, Banjarsari, Kalidadap, Temben,
bahkan di 3 desa di Naganraya, Acdeh: Cot Rambong, Cot Mee dan Kuala
Tadu. POCi yang beranggotakan para petani organik, bersemangatkan
”Saka Alit” mempunyai harapan dari jumlah kecil para petani yang
kecil pula, bila bersama-sama dan serempak, akan pula bisa menyangga
gerakan besar pertanian organik di Indonesia. Kata ”POCi” sendiri
menandai sebuah lambang tempat minuman, biasanya untuk menyedu teh,
yang kendatipun kecil mungil bentuknya, tetapi mampu menyatukan orang
dan membentuk komunitas, yang saling mendukung, saling asah-asuh,
yang akan mampu menggerakkan masyarakat lebih luas mengubah diri dari
bertani secara konvensional menjadi bertani secara organik. Begitu
cita-cita, doa dan semangat yang mendasari kerja POCi.
Komunitas
Balak di Cawas, Klaten memiliki lahan sawah yang luas dan
sebagian besar penduduknya hidup sebagai petani. Persoalan yang
dihadapi pada waktu itu salah satunya di sektor petanian yaitu tanah
pertanian semakin bantat (tanah kenyal dan mengeras),
kebutuhan pupuk semakin banyak dan mahal, serangan hama keong semakin
tak terkendali. CINDELARAS PARITRANA masuk komunitas Balak melalui
sektor pertanian dengan mengadakan pelatihan pertanian organik dan
ekologi tanah. Pesertanya ada 49 orang berasal dari wakil-wakil
kelompok tani Desa Balak. Dalam pelatihan, proses yang terjadi adalah
saling belajar dan berbagi pengalaman bertani. Hasilnya, mereka
menemukan pestisida nabati untuk mengatasi serangan hama. Selesai
pelatihan, mereka sepakat membentuk kelompok pertanian organik yang
diberi nama ”Balak Gumbregah”. Kelompok tersebut sampai sekarang
masih aktif dan mengembangkan diri membangun ekonomi berbasis
pertanian organik dengan produksi beras organik, kompos, dan katul
jahe yang pengolahannya memakai biogas dari bahan tlethong
(kotoran) sapi.
Payak
dan Pakelan: Pertanian Bersemangat Organik
Selain
di Balak, CINDELARAS PARITRANA juga masuk komunitas Payak,
Bantul, DIY, lewat sektor pertanian. Pertanian komunitas Payak adalah
lahan sawah dengan pola tanam ”padi-padi-palawija.” Persoalan
yang dihadapi Payak waktu itu di antaranya lahan sempit, kebutuhan
sarana pertanian semakin tinggi dan harga semakin mahal serta
bagaimana agar tanah sisa galian pembuatan batu bata bisa ditanami
lagi. Untuk masuk sektor pertanian komunitas Payak, CINDELARAS
PARITRANA bekerja sama dengan POCi mengadakan Pelatihan Ekologi Tanah
(PET) dan pertanian organik. Peserta pelatihan 35 orang bapak-bapak
dan ibu-ibu. Pelatihan dilakukan dengan diskusi dan praktek, yaitu
pembuatan kompos, pestisida nabati, dan uji tanah dengan alat
sederhana. Setelah tahu hasilnya mereka semangat untuk bertani
organik, apalagi dalam pelatihan tersebut juga ada praktek membuat
kompos atau pupuk organik yang terbukti ramah lingkungan.
Selain
mengembangkan pertanian organik di komunitas lain, POCi memperkuat
pertanian organik di komunitasnya sendiri (komunitas anggota POCi)
yaitu di Pakelan, Moyudan, Sleman, DIY. Pakelan adalah
komunitas yang sebagian besar warganya sebagai petani. Pertanian di
Pakelan adalah setengah tadah hujan dengan pola ”padi-padi-palawija”
itu pun jika airnya lancar. Materi pelatihan di Pakelan meliputi:
PET, pertanian organik dan mengulas tentang sistem tumpangsari baik
teori maupun praktek. Peserta pelatihan ada 14 orang, 3 di antaranya
perempuan. Dalam pelatihan tersebut petani Pakelan mengajak 4 petani
dari Sejati Pasar ikut ngangsu kawruh dalam POCi. Selesai
pelatihan para peserta semakin kuat untuk bertani organik dan
membentuk kelompok Petani Organik Guyup Rukun(POGR) yang anggotanya
adalah petani dari Pakelan dan Sejati Pasar. Dengan POGR mereka
mempunyai tujuan untuk mempererat gotong-royong dan bertekad menjadi
”pioneer” di lingkungan mereka dan menjadi fasilitator di
tempat-tempat sekitarnya.