Trainer, Consultor, Researcher, Capacity Development Expert
Senin, 22 April 2013
Hari Bumi
Selamat Hari Bumi!
Happy Earth Day 22 April 2013!
Mengenangkan awal Hari Bumi yang diperingati sejak 22 April 1970, ketika ratusan ribu orang tumpah ruah turun ke jalan menyatakan keprihatinan, menunjukkan kecintaan pada bumi: tanah, air, udara yang menopang hidup sehari-hari dengan rasa syukur dan berbuat sesuatu untuk memerbaiki mutu lingkungan hidup dan kehidupan di atas bumi....
Kita melanjutkan gerakan yang serupa setiap tahun sesuai dengan situasi dan kondisi setempat : sedih sekali menyanyinyikan lagu lama tanpa daya "Kulihat ibu pertiwi, sedang bersusah hati, air matanya berlinang, sawah ladang terkenang...." Kita ingin gambaran yang lebih ceria, sekarang, di masa depan dan selamanya.... Go Green, Pals!
http://www.earthday.org/blog/2013/04/20/earth-day-lessons
Minggu, 21 April 2013
RENCANA STRATEGIS PERTANIAN 2010-2014
Berlandaskan pelaksanaan, pencapaian, dan sebagai
keberlanjutan RPJM ke-1 (2005-2009), RPJM ke-2 (2010-2014) ditujukan untuk
lebih memantapkan penataan kembali Indonesia di segala bidang. Sasaran utama
pembangunan nasional RPJMN 2010-2014 mencakup kesejahteraan rakyat. Lebih
lanjut, sasaran pembangunan kesejahteraan rakyat meliputi: (1) ekonomi, (2)
pendidikan, (3) kesehatan, (4) pangan, (5) energi, dan (6) infrastruktur. Selanjutnya,
sasaran pembangunan pangan adalah pertumbuhan komoditas pangan utama: (1)
produksi padi 3,22 persen per tahun, (2) produksi jagung 10,02 persen per
tahun, (3) kedelai 20,05 persen per tahun, (4) gula 12,55 persen per tahun, dan
(5) daging sapi 7,40 persen per tahun.
Dari antara 11 Prioritas Nasional, yang terkait
langsung dengan Kementerian Pertanian yang utamanya adalah Prioritas ke-5,
yaitu Ketahanan Pangan. Tema Prioritas Ketahanan Pangan adalah Peningkatan
ketahanan pangan dan lanjutan revitalisasi pertanian untuk mewujudkan
kemandirian pangan, peningkatan daya saing produk pertanian, peningkatan
pendapatan petani, serta kelestarian lingkungan dan sumber daya alam.
Peningkatan pertumbuhan PDB sektor pertanian sebesar 3,7% dan Indeks Nilai Tukar Petani (NTP)
sebesar 115-120 pada tahun 2014.
Substansi inti program aksi ketahanan pangan adalah:
1. Lahan, Pengembangan Kawasan dan Tata Ruang
Pertanian: Penataan regulasi untuk menjamin kepastian hukum atas lahan
pertanian, pengembangan areal pertanian baru seluas 2 juta hektar, penertiban serta
optimalisasi penggunaan lahan terlantar;
2. Infrastruktur: Pembangunan dan pemeliharaan sarana
transportasi dan angkutan, pengairan, jaringan listrik, serta teknologi
komunikasi dan sistem informasi nasional yang melayani daerah-daerah sentra produksi
pertanian demi peningkatan kuantitas dan kualitas produksi serta kemampuan
pemasarannya;
3. Penelitian dan Pengembangan: Peningkatan upaya
penelitian dan pengembangan bidang pertanian yang mampu menciptakan benih unggul
dan hasil penelitian lainnya menuju kualitas dan produktivitas hasil pertanian
nasional yang tinggi;
4. Investasi, Pembiayaan, dan Subsidi: Dorongan untuk
investasi pangan, pertanian, dan industri perdesaan berbasis produk lokal oleh
pelaku usaha dan pemerintah, penyediaan pembiayaan yang terjangkau, serta
sistem subsidi yang menjamin ketersediaan benih varietas unggul yang teruji,
pupuk, teknologi dan sarana pasca panen yang sesuai secara tepat waktu, tepat
jumlah, dan terjangkau;
5. Pangan dan Gizi: Peningkatan kualitas gizi dan
keanekaragaman pangan melalui peningkatan pola pangan harapan;
6. Adaptasi Perubahan Iklim: Pengambilan
langkah-langkah kongkrit terkait adaptasi dan antisipasi sistem pangan dan
pertanian terhadap perubahan iklim.
Sabtu, 20 April 2013
Muhammad Yunus : Wirausaha Sosial Bangladesh, Pendiri Grameen Bank, Menerima Medali Emas Congress Amerika Serikat
Medali itu merupakan pengakuan dan penghargaan atas
karyanya dalam “pengentasan kemiskinan di dunia”. Lembaga keuangan mikro
Grameen Bank yang didirikannya telah melayani lebih dari 200 juta orang di
dunia, terutama perempuan, dengan memberikan kredit kecil tanpa agunan untuk
mengembangkan usaha kecil, termasuk di Indonesia.
“Mencari untung, laba, adalah perangsang. Tetapi
membahagiakan orang lain adalah perangsang yang super,” kata Yunus mengenai
kewirausahaan sosial.
Jumat, 19 April 2013
BPS: EKSPOR INDONESIA FEBRUARI 2013
Ikhtisar
Ø Nilai
ekspor Indonesia Februari 2013 mencapai US$14,99 miliar atau mengalami
penurunan sebesar 2,51 persen dibanding ekspor Januari 2013. Sementara bila
dibanding Februari 2012 mengalami penurunan sebesar 4,50 persen.
;
Ø Ekspor
nonmigas Februari 2013 mencapai US$12,45 miliar, turun 2,14 persen dibanding
Januari 2013, sementara bila dibanding ekspor Februari 2012 naik 0,89 persen.
;
Ø Secara
kumulatif nilai ekspor Indonesia Januari-Februari 2013 mencapai US$30,36 miliar
atau menurun 2,88 persen dibanding periode yang sama tahun 2012, sementara
ekspor nonmigas mencapai US$25,17 miliar atau meningkat 1,63 persen.
;
Ø Penurunan
terbesar ekspor nonmigas Februari 2013 terjadi pada lemak dan minyak
hewan/nabati sebesar US$286,9 juta, sedangkan peningkatan terbesar terjadi pada
mesin/peralatan listrik sebesar US$123,1 juta.
;
Ø Ekspor
nonmigas ke Cina Februari 2013 mencapai angka terbesar, yaitu US$1,81 miliar,
disusul Jepang US$1,37 miliar, dan Amerika Serikat US$1,16 miliar, dengan
kontribusi ketiganya mencapai 34,89 persen. Sementara ekspor ke Uni Eropa (27
negara) sebesar US$1,39 miliar.
;
Ø Menurut
sektor, ekspor hasil industri periode Januari-Februari 2013 naik sebesar 2,49
persen dibanding periode yang sama tahun 2012, sedangkan ekspor hasil pertanian
turun 1,69 persen, dan ekspor hasil tambang dan lainnya turun sebesar 0,99
persen.
;
Ø Menurut
provinsi asal barang, ekspor Indonesia terbesar pada periode Januari-Desember
2012 berasal dari Kalimantan Timur dengan nilai US$33,87 miliar (17,82 persen),
diikuti Jawa Barat sebesar US$27,46 miliar (14,45 persen), dan Riau sebesar
U$27,28 miliar (14,35 persen).
Bank Indonesia: Kebijakan Moneter Triwulan I, Prospek Triwulan II 2013
Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 11
April 2013 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate pada level 5,75%. Tingkat BI
Rate tersebut dinilai masih konsisten dengan sasaran inflasi tahun 2013 dan
2014, sebesar 4,5% ± 1%. Mencermati meningkatnya tekanan inflasi jangka pendek
harga bahan pangan (volatile foods) akhir-akhir ini dan masih berlanjutnya
tekanan terhadap keseimbangan eksternal, Bank Indonesia akan memperkuat operasi
moneter melalui penyerapan ekses likuiditas yang lebih besar ke tenor yang
lebih jangka panjang. Bank Indonesia juga tetap mewaspadai sejumlah risiko
terhadap tekanan inflasi tersebut dan akan menyesuaikan respons kebijakan
moneter sesuai kebutuhan. Kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah sesuai
dengan kondisi fundamental yang selama ini dilakukan akan dilanjutkan,
diperkuat dengan percepatan upaya-upaya pendalaman pasar valuta asing. Bank
Indonesia juga memperkuat koordinasi bersama Pemerintah dengan fokus pada upaya
menekan defisit transaksi berjalan dan meminimalkan potensi tekanan inflasi
dari sisi volatile foods, termasuk kebijakan impor hortikultura.
Kamis, 18 April 2013
Pembangunan Pertanian Tinjauan Situasi 1990-2000 Sepuluh Tahun yang Lalu (2002)
Pembangunan pertanian sangat penting bagi Indonesia karena pertanian
merupakan cara hidup mayoritas penduduk. Sektor pertanian (di luar kehutanan)
memberikan kontribusi sebesar 15,75 persen dari GDP di tahun 2000 dan
menyediakan lapangan pekerjaan bagi 45 persen penduduk. Namun, kebijakan
pembangunan Indonesia lebih menekankan pada pembangunan industri, seperti terlihat
dari menurunnya alokasi anggaran. Alokasi anggaran pemerintah untuk pertanian
selama tahun 1969-1974 adalah sekitar 22,6 persen dari pengeluaran nasional,
tapi di tahun 1994/1995 alokasi anggaran hanya sebesar 11 persen, dan mencatat
rekor terendah 9,8 persen di tahun 1999/2000 (BPS, 2001).
Hal menonjol dalam pembangunan pertanian di Indonesia adalah program
Revolusi Hijau untuk padi (diperkenalkannya varietas unggul, pestisida dan
pupuk kimia serta irigasi), sehingga Indonesia mencapai swasembada beras di
tahun 1984. Namun keberhasilan ini terbukti tidak berlangsung lama ketika di
tahun 1990 Indonesia kembali menjadi negara pengimpor beras, dengan impor
sebanyak 3 juta ton di tahun 1998. Ditambah lagi, pertanian di Indonesia
didominasi oleh petani-petani kecil, dengan rata-rata kepemilikan lahan 0,25 -
0,5 hektar per rumah tangga petani.
Hal ini menyulitkan petani-petani untuk bersaing dengan
perusahaan-perusahaan pertanian besar, dan pada kenyataannya rumah tangga
petani mendapatkan penghasilan terendah dibanding kelompok masyarakat lain di
Indonesia. Keprihatinan lain adalah cepatnya laju konversi lahan pertanian yang
subur (biasanya persawahan) yaitu sekitar 30.000 hektar per tahun (Kompas, 10 Oktober
2001; BPS, 2001).
Agenda 21 Indonesia Sektor Kehutanan Catatan Posisi Sepuluh Tahun Lalu 2002
Sektor kehutanan memainkan peranan penting dalam ekonomi Indonesia terutama
melalui produksi dan ekspor kayu dan produk-produk berbahan baku kayu. Dari
tahun 1989 hingga 1999, industri perkayuan memberi kontribusi sebesar 20 persen
dari total pendapatan Indonesia dalam mata uang asing (Suara Pembaruan, 13
Oktober 1999). Indonesia memiliki kawasan hutan terluas kedua di dunia, dengan
luas mencapai 108,5 juta hektar (Departemen Kehutanan, 2001). Oleh karena itu proyek-proyek
pembangunan seperti perkebunan komersil, waduk, program transmigrasi dan pertambangan
bergantung pada konversi kawasan hutan. Banyak masyarakat lokal dan adat di Indonesia,
khususnya di luar Jawa, bergantung pada hutan untuk kelangsungan hidup dan kesejahteraan
sosial budaya mereka. Tambahan lagi, hutan diketahui mempunyai fungsi ekologis baik
di tingkat lokal, nasional maupun internasional.
Selama lebih dari tiga dekade yang dimulai pada tahun 1967, berbagai fungsi
hutan ini belum dikelola dengan baik dan pemerintah lebih menekankan pada
pemanfaatan kayu dibanding manajemen hutan berbasis ekosistem. Hal ini telah
menyebabkan eksploitasi hutan besar-besaran dan konversi kawasan hutan untuk
tujuan-tujuan komersil yang akhirnya mengakibatkan penipisan sumber daya hutan.
Laju penebangan hutan di Indonesia merupakan salah satu yang tertinggi di dunia
dengan kisaran antara 1,6 hingga 2,1 juta hektar per tahun (Departemen
Kehutanan, 2001).
Langganan:
Postingan (Atom)