Analisis
Sosial Untuk Penyegaran Misi dan Pemrograman
Oleh: Bambang Kussriyanto, untuk SEMAI
Mengawali
hari ketiga Lokakarya Strategic Planning LSM ABC, konsultan mengingatkan. Sering
suatu lembaga sesudah beroperasi bertahun-tahun, karena pekerjaannya menjadi
rutin, lalu kehilangan perspektif. Generasi staf baru menerima kegiatan sebagai
warisan staf lama, dan taken for granted, melangsungkannya seperti apa adanya
yang diterima. Lama kelamaan karena
rutinitas, (mungkin juga karena mengalami “burnt-out” atau gosong oleh
banyaknya kegiatan biasa), tenggelam dalam aktivitas keseharian (yang biasanya
diberi label “pemantapan”), lembaga menjadi “agen pelayanan sosial” biasa dalam
status quo seperti dinas sosial dalam pemerintahan; kehilangan “greget”
dinamika matra “agen perubahan sosial” yang sudah menjadi luntur; kian tidak
jelas lagi perubahan baru macam apa yang dilancarkannya. Lalu ibarat “garam
kehilangan asinnya”, manfaat lembaga bisa diragukan. Misi lembaga tak lagi
bergigi, tidak “menggigit” lagi, dalam perjalanan proses pembangunan sosial
berkelanjutan.
Secara
periodik situasi seperti itu dicegah dengan acara Penyegaran Misi dalam
Perencanaan Strategis ini, di mana lembaga menyelenggarakan suatu sessi untuk
secara sadar dan kritis menimba unsur-unsur situasional yang dapat diolah
menjadi “inovasi” atau “pembaruan” semangat dan program-program, dalam rangka pelaksanaan
mandat asli atau Misi lembaga. Metode “Analisis Sosial” untuk pemrograman dapat
membantu pelaksanaan sessi yang didedikasikan untuk “kebaruan” itu.
Dalam
proses Perencanaan Stategik LSM ABC 2010 pada hari ketiga konsultan manajemen khusus
mengajak peserta berkegiatan berkenaan dengan hal itu. Mulai dari acara presentasi
informasi situasi mutakhir oleh pakar pengamat sektor kegiatan tertentu
(pertanian/ kehutanan) yang lalu, telah dimunculkan isyu-isyu strategis
beberapa tahun ke depan. Isyu-isyu itu, walaupun belum berkembang menjadi
“problem”, adalah tantangan eksternal yang
bersifat programatik bagi Lembaga. Dari pengalaman operasional Lembaga sendiri
juga sudah dipetakan “masalah-masalah” yang kemudian secara positif diganti
namanya sebagai “tema peluang pembelajaran”, yang juga merupakan tantangan programatik
internal. Kedua kluster “isyu” dan “tema
peluang pembelajaran” itu ditampilkan pada jajaran flipchart di tembok luas, menjadi
bahan penyegaran Misi dan Program-program Lembaga. Metode Analisis Sosial kemudian
diterapkan untuk menjadi kerangka positioning isyu dan peluang pengembangan itu
dalam Misi dan Program-program Lembaga, menjawab pertanyaan strategis: Apa yang
akan dilakukan? Ke mana arah tujuannya?