Tampilkan postingan dengan label SWOT Exposition. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label SWOT Exposition. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 04 Mei 2013

Strategic Planning Suatu LSM (2)




Oleh Bambang Kussriyanto, 
untuk SEMAI


Analisis Situasi
Hari pertama Lokakarya Perencanaan Strategi biasanya bersifat reflektif /evaluatif  terbimbing. Artinya ada pemandu dan dan bahan panduan. Pada hari ini seluruh komponen dalam LSM penyelenggara merenungkan kedudukan LSM di dalam seluruh kancah bidang kegiatan yang digelutinya. Sebelum datang menghadiri acara, para peserta diandaikan sudah pernah mengikuti acara ini sebelumnya (berdasarkan informasi klien), dan menyiapkan diri dengan panduan daftar pertanyaan sehubungan dengan jati diri institusional dan pekerjaan/kegiatan pokok lembaga mereka. Mereka mengenang seluruh pengalaman kerja mereka di situ.


Porsi tugas saya selaku konsultan manajemen adalah menggunakan masukan informasi mutakhir mengenai jati diri institusional LSM yang bersangkutan itu sebagai latar belakang refleksi mengenai kedudukan (posisi) LSM sekarang dalam kancah kegiatan mereka. Proses ini disebut Analisis Situasi atau Analisis Kedudukan (Position Analysis): Di Mana Kita Sekarang dalam perjalanan perjuangan ini, yang dibagi dalam dua bagian, masing-masing bagian terdiri dari dua sessi acara. Dalam sessi acara pertama bagian pagi hari, seluruh komponen LSM diajak memikirkan kembali apa/siapa sebenarnya LSM mereka menurut sejarah keberadaannya. Who we are (Kita ini siapa)? What business are we in (Kita berkecimpung dalam kegiatan apa)? Anggota dewan pembina yang terlibat dalam sejarah pendirian LSM diminta cerita sedikit mengenai lembaganya.  Dalam acara ini mau ditekankan ungkapan mengenai mandat asli diselenggarakannya LSM menurut kesepakatan para pendiri. Why we are here (Mengapa, apa sebabnya kita di sini)? What for (Untuk apa)? Di sini situasi awal berupa problem yang mau diatasi dengan kegiatan organisasi dikisahkan kembali. Pokok persoalannya apa, mengapa tidak bisa dibiarkan saja, apa sebab pokok dari situasi seperti itu, siapa yang menyebabkan, apa yang menjadi kendala, bagaimana semua itu mau diatasi dengan “geliat roh perjuangan” LSM. Semua ini untuk menguatkan kembali “roh utama”, “jiwa perjuangan”, nilai-nilai historis dan kultural yang menjadi motif utama pergerakan, yang  oleh para pendiri dituangkan di dalam bentuk organisasi  LSM. Revitalisasi l’esprit de corp berhadapan dengan realisme keadaan. Dialog peserta dibentuk dalam acara tanya-jawab yang dimaksudkan untuk menguatkan relevansi cita-cita lembaga sekarang dan di masa depan. Arus kegiatan dan situasi bisa menggerus kesadaran akan cita-cita dan nilai-nilai utama yang menjadi motif dasar pergerakan. Bukan rahasia lagi bahwa orang mudah terbawa oleh kesadaran umum “business follows money”, kegiatan mengikut pusaran uang. Walau pergerakan sosial kemasyarakatan tidak terkecuali bisa terseret oleh arus aliran uang, termasuk keberadaan donor dan ketersediaan donasi. Mengikut aliran uang bisa membuat policy dan sifat kegiatan LSM melenceng dari maksud awalnya, menyeleweng dari sifat dasarnya sebagai pergerakan perjuangan, yang umumnya bermodal idealisme atau cita-cita luhur. Maka, idealisme dan cita-cita luhur itu  perlu ditegaskan lagi dan disadari sebagai titik tolak dan dorongan untuk usaha-usaha selanjutnya.