Oleh
Bambang Kussriyanto,
untuk SEMAI
Analisis Situasi
Hari pertama Lokakarya Perencanaan
Strategi biasanya bersifat reflektif /evaluatif terbimbing. Artinya ada pemandu dan dan bahan panduan.
Pada hari ini seluruh komponen dalam LSM penyelenggara merenungkan kedudukan
LSM di dalam seluruh kancah bidang kegiatan yang digelutinya. Sebelum datang
menghadiri acara, para peserta diandaikan sudah pernah mengikuti acara ini
sebelumnya (berdasarkan informasi klien), dan menyiapkan diri dengan panduan
daftar pertanyaan sehubungan dengan jati diri institusional dan
pekerjaan/kegiatan pokok lembaga mereka. Mereka mengenang seluruh pengalaman
kerja mereka di situ.
Porsi tugas saya selaku konsultan
manajemen adalah menggunakan masukan informasi mutakhir mengenai jati diri
institusional LSM yang bersangkutan itu sebagai latar belakang refleksi
mengenai kedudukan (posisi) LSM sekarang dalam kancah kegiatan mereka. Proses
ini disebut Analisis Situasi atau Analisis Kedudukan (Position Analysis): Di
Mana Kita Sekarang dalam perjalanan perjuangan ini, yang dibagi dalam dua bagian,
masing-masing bagian terdiri dari dua sessi acara. Dalam sessi acara pertama
bagian pagi hari, seluruh komponen LSM diajak memikirkan kembali apa/siapa
sebenarnya LSM mereka menurut sejarah keberadaannya. Who we are (Kita ini
siapa)? What business are we in (Kita berkecimpung dalam kegiatan apa)? Anggota
dewan pembina yang terlibat dalam sejarah pendirian LSM diminta cerita sedikit
mengenai lembaganya. Dalam acara ini mau
ditekankan ungkapan mengenai mandat asli diselenggarakannya LSM menurut
kesepakatan para pendiri. Why we are here (Mengapa, apa sebabnya kita di sini)?
What for (Untuk apa)? Di sini situasi awal berupa problem yang mau diatasi
dengan kegiatan organisasi dikisahkan kembali. Pokok persoalannya apa, mengapa
tidak bisa dibiarkan saja, apa sebab pokok dari situasi seperti itu, siapa yang
menyebabkan, apa yang menjadi kendala, bagaimana semua itu mau diatasi dengan
“geliat roh perjuangan” LSM. Semua ini untuk menguatkan kembali “roh utama”,
“jiwa perjuangan”, nilai-nilai historis dan kultural yang menjadi motif utama
pergerakan, yang oleh para pendiri dituangkan
di dalam bentuk organisasi LSM.
Revitalisasi l’esprit de corp berhadapan dengan realisme keadaan. Dialog
peserta dibentuk dalam acara tanya-jawab yang dimaksudkan untuk menguatkan
relevansi cita-cita lembaga sekarang dan di masa depan. Arus kegiatan dan
situasi bisa menggerus kesadaran akan cita-cita dan nilai-nilai utama yang
menjadi motif dasar pergerakan. Bukan rahasia lagi bahwa orang mudah terbawa
oleh kesadaran umum “business follows money”, kegiatan mengikut pusaran uang.
Walau pergerakan sosial kemasyarakatan tidak terkecuali bisa terseret oleh arus
aliran uang, termasuk keberadaan donor dan ketersediaan donasi. Mengikut aliran
uang bisa membuat policy dan sifat kegiatan LSM melenceng dari maksud awalnya,
menyeleweng dari sifat dasarnya sebagai pergerakan perjuangan, yang umumnya
bermodal idealisme atau cita-cita luhur. Maka, idealisme dan cita-cita luhur
itu perlu ditegaskan lagi dan disadari
sebagai titik tolak dan dorongan untuk usaha-usaha selanjutnya.