Badan Pusat
Statistik (BPS) menyampaikan pada awal tahun 2013, bahwa per bulan September 2012, jumlah penduduk
miskin di Indonesia adalah 28,59 juta orang (11,66 persen), atau berkurang
sebesar 0,54 juta orang (0,30 persen) dibandingkan dengan penduduk miskin pada
Maret 2012 sebesar 29,13 juta orang (11,96 persen).
Kepala BPS
Suryamin (2/1/2013) menjelaskan kategori penduduk miskin adalah penduduk dengan
pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan. Penurunan jumlah
dan persentase penduduk miskin selama periode Maret 2012–September 2012
dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
a. Selama
periode Maret 2012–September 2012 inflasi umum relatif rendah, yaitu sebesar
2,59 persen;
b. Penerima
beras murah/raskin (dalam 3 bulan terakhir) pada 20 persen kelompok penduduk
berpendapatan terendah meningkat dari sekitar 18,5 persen pada Maret 2012
menjadi sekitar 20,1 persen pada September 2012 (berdasarkan data Susenas Maret
2012 dan September 2012);
c. Upah
harian (nominal) buruh tani dan buruh bangunan meningkat selama periode Maret
2012 dan September 2012, yaitu masing-masing sebesar 1,29 persen dan 2,96
persen;
d. Secara
nasional, rata-rata harga beras relatif stabil, tercatat pada Maret 2012 sebesar
Rp10.406,- per kg dan pada September 2012 sebesar Rp10.414,- per kg.
e. Adanya
perbaikan penghasilan petani yang ditunjukkan oleh kenaikan NTP (Nilai Tukar Petani)
sebesar 0,70 persen dari 104,68 pada Maret 2012 menjadi 105,41 pada September
2012;
f.
Perekonomian Indonesia triwulan III-2012 tumbuh sebesar 6,12 persen terhadap
triwulan-I 2012, apabila dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 2011
(y-on-y) pertumbuhan ekonomi triwulan III-2012 ini tumbuh sebesar 6,17 persen;
g. Tingkat
Pengangguran Terbuka (TPT) di Indonesia pada Agustus 2012 mencapai 6,14 persen,
mengalami penurunan dibandingkan keadaaan pada Februari 2012 yang sebesar 6,32
persen;
h. Selama
periode Maret 2012–September 2012, harga eceran beberapa komoditas bahan pokok
lain seperti tepung terigu, cabe rawit, cabe merah, dan telur ayam ras
mengalami penurunan, yaitu masing-masing turun sebesar 0,03 persen, 18,29
persen, 12,35 persen, dan 1,25 persen.
Berdasarkan
daerah tempat tinggal, pada periode Maret 2012–September 2012, baik penduduk
miskin di daerah perkotaan maupun perdesaan sama-sama mengalami penurunan,
yaitu masing-masing turun sebesar 0,18 persen (0,14 juta orang) dan 0,42 persen
(0,40 juta orang).
Selama
periode Maret 2012–September 2012, jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan
berkurang 0,14 juta orang (dari 10,65 juta orang pada Maret 2012 menjadi 10,51
juta orang pada September 2012), sementara di daerah perdesaan berkurang 0,40
juta orang (dari 18,48 juta orang pada Maret 2012 menjadi 18,08 juta orang pada
September 2012).
Data BPS
juga menunjukkan, selama periode Maret 2012–September 2012, persentase penduduk
miskin di daerah perkotaan dan perdesaan tercatat mengalami penurunan.
Persentase penduduk miskin di daerah perkotaan pada Maret 2012 sebesar 8,78
persen, turun menjadi 8,60 persen pada September 2012. Sementara penduduk
miskin di daerah perdesaan menurun dari 15,12 persen pada Maret 2012 menjadi
14,70 persen pada September 2012.
Peranan
komoditi makanan terhadap Garis Kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan
peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan).
Peran Garis
Kemiskinan Makanan terhadap Garis Kemiskinan Umum pada September 2012 tercatat
sebesar 73,50 persen, kondisi ini tidak berbeda dengan kondisi Maret 2012 yang
juga sebesar 73,50 persen. Komoditi makanan yang berpengaruh besar terhadap
nilai Garis Kemiskinan di perkotaan relatif sama dengan di perdesaan, di antaranya
adalah beras, rokok kretek filter, gula pasir, telur ayam ras, mie instan,
tempe, dan tahu. Sedangkan, untuk komoditi bukan makanan di antaranya adalah
biaya perumahan,pakaian jadi anak-anak, pakaian jadi perempuan dewasa, dan
bensin.
Pada
periode Maret 2012–September 2012, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks
Keparahan Kemiskinan (P2) menunjukkan kenaikan. Ini mengindikasikan bahwa
rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung semakin menjauhi Garis
Kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga semakin melebar.