Jumat, 15 Maret 2013

Jumlah Penduduk Indonesia Miskin Makin Berkurang





Badan Pusat Statistik (BPS) menyampaikan pada awal tahun 2013, bahwa per bulan September 2012,  jumlah penduduk miskin di Indonesia adalah 28,59 juta orang (11,66 persen), atau berkurang sebesar 0,54 juta orang (0,30 persen) dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret 2012 sebesar 29,13 juta orang (11,96 persen).


Kepala BPS Suryamin (2/1/2013) menjelaskan kategori penduduk miskin adalah penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan. Penurunan jumlah dan persentase penduduk miskin selama periode Maret 2012–September 2012 dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
a. Selama periode Maret 2012–September 2012 inflasi umum relatif rendah, yaitu sebesar 2,59 persen;
b. Penerima beras murah/raskin (dalam 3 bulan terakhir) pada 20 persen kelompok penduduk berpendapatan terendah meningkat dari sekitar 18,5 persen pada Maret 2012 menjadi sekitar 20,1 persen pada September 2012 (berdasarkan data Susenas Maret 2012 dan September 2012);
c. Upah harian (nominal) buruh tani dan buruh bangunan meningkat selama periode Maret 2012 dan September 2012, yaitu masing-masing sebesar 1,29 persen dan 2,96 persen;
d. Secara nasional, rata-rata harga beras relatif stabil, tercatat pada Maret 2012 sebesar Rp10.406,- per kg dan pada September 2012 sebesar Rp10.414,- per kg.
e. Adanya perbaikan penghasilan petani yang ditunjukkan oleh kenaikan NTP (Nilai Tukar Petani) sebesar 0,70 persen dari 104,68 pada Maret 2012 menjadi 105,41 pada September 2012;
f. Perekonomian Indonesia triwulan III-2012 tumbuh sebesar 6,12 persen terhadap triwulan-I 2012, apabila dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 2011 (y-on-y) pertumbuhan ekonomi triwulan III-2012 ini tumbuh sebesar 6,17 persen;
g. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Indonesia pada Agustus 2012 mencapai 6,14 persen, mengalami penurunan dibandingkan keadaaan pada Februari 2012 yang sebesar 6,32 persen;
h. Selama periode Maret 2012–September 2012, harga eceran beberapa komoditas bahan pokok lain seperti tepung terigu, cabe rawit, cabe merah, dan telur ayam ras mengalami penurunan, yaitu masing-masing turun sebesar 0,03 persen, 18,29 persen, 12,35 persen, dan 1,25 persen.

Berdasarkan daerah tempat tinggal, pada periode Maret 2012–September 2012, baik penduduk miskin di daerah perkotaan maupun perdesaan sama-sama mengalami penurunan, yaitu masing-masing turun sebesar 0,18 persen (0,14 juta orang) dan 0,42 persen (0,40 juta orang).
Selama periode Maret 2012–September 2012, jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan berkurang 0,14 juta orang (dari 10,65 juta orang pada Maret 2012 menjadi 10,51 juta orang pada September 2012), sementara di daerah perdesaan berkurang 0,40 juta orang (dari 18,48 juta orang pada Maret 2012 menjadi 18,08 juta orang pada September 2012).
Data BPS juga menunjukkan, selama periode Maret 2012–September 2012, persentase penduduk miskin di daerah perkotaan dan perdesaan tercatat mengalami penurunan. Persentase penduduk miskin di daerah perkotaan pada Maret 2012 sebesar 8,78 persen, turun menjadi 8,60 persen pada September 2012. Sementara penduduk miskin di daerah perdesaan menurun dari 15,12 persen pada Maret 2012 menjadi 14,70 persen pada September 2012.


Peranan komoditi makanan terhadap Garis Kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan).
Peran Garis Kemiskinan Makanan terhadap Garis Kemiskinan Umum pada September 2012 tercatat sebesar 73,50 persen, kondisi ini tidak berbeda dengan kondisi Maret 2012 yang juga sebesar 73,50 persen. Komoditi makanan yang berpengaruh besar terhadap nilai Garis Kemiskinan di perkotaan relatif sama dengan di perdesaan, di antaranya adalah beras, rokok kretek filter, gula pasir, telur ayam ras, mie instan, tempe, dan tahu. Sedangkan, untuk komoditi bukan makanan di antaranya adalah biaya perumahan,pakaian jadi anak-anak, pakaian jadi perempuan dewasa, dan bensin.

Pada periode Maret 2012–September 2012, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) menunjukkan kenaikan. Ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung semakin menjauhi Garis Kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga semakin melebar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar