Selasa, 23 April 2013

CREDIT UNION BASIS KOMUNITAS (C.U. BasKom): Belajar dari Philosophy Kerbau (Water Buffaloes)



dikembangkan oleh SEMAI, Yogyakarta

Oleh
Francis Wahono
SEMAI (Social Ecolonomics & Management Institute)
Yayasan Cindelaras Paritrana, Indonesia

Belajar dari Kerbau
Pada tahun 1984 penulis mengunjungi Sumba pertama kali. Dan di Wewiwa (baca: Waidjiwa) melihat serta mengagumi bagaimana sekumpulan kerbau (20 kerbau) menginjak-injak sawah, sambil makan singgang (sisa jerami tebasan parang) yang menghijau. Mereka serempak menginjak, seolah berirama, kecipak kecipuk bunyi air bercampur lumpur terpecik ke atas dan ketubuh yang panas kering, tersiram sedikit basah, melumatkan tanah dibawahnya. Pada tahun 1990, penulis sempat pula mengunjungi Timor Timur (waktu itu masih di bawah kuasa pemerintah Indonesia), melalui darat, dari Atambua menyusuri savana sabana di antara beberapa kali yang hampir mongering harus disebrangi. Masuk ke wilayah Bumi Lorosae, mampir di kota kecil Dili sebentar, kemudian meluncur ke selatan, setelah mendaki dan menuruni bukit penuh tanaman kopi, menyebarangi beberapa kali, akhirnya sampai di Ailiu. Di sana pemandangan yang menakjubkan, sebagaimana di Sumba, terjadi lagi. Serombongan kerbau (15 ekor) me-rancah atau menginjak-injak sawah. Sama, sambil makan, mengerjakan hingga lumat lumpur untuk menanam padi.

Merenungkan kembali, pada tahun 1997, sekali lagi kembali ke Timor Timur, kali ini harus menemui Pater Albrecht Kariem Arbie, SJ, seorang sobat lama, kendati lebih sepuh. Kami sama-sama membuat penelitian kondisi sosial ekonomi di Keuskupan Dili, atas prakarsa, Mgr. Bello. Dibantu beberapa kawan dari Timor Leste, kami berhasil membuat kesimpulan dan penemuan, yang berujung antara lain pada sebuah rekomendasi: perlu didirikan di mana-mana, di tiap komunitas, Credit Union. Beliau sempat berpesan, ya berbesan, sebab tak sampai 3 bulan kemudian, beliau ditembak mati oleh para militia, yang dibela demi kemanusiaan. Pesan itu adalah bahwa saya diminta, bila luang waktu, untuk ikut momong (caring of) Credit Union yang merakyat dan berdaya manfaat bagi rakyat kecil.  Saya belum faham betul apa itu Credit Union, apalagi yang ‘membebaskan’ rakyat kecil. Kemana harus mempelajari, mencari tahu? Jawabnya singkat: banyak teman-temanku sudah mengembangkannya, tentu plus minus, tapi belajarlah yang terbaik yang mereka lakukan. Begitu saya balik, melanjutkan belajar  di Australia, jawaban itu saya ketemukan lewat literature dan guru saya, atau tepatnya mahaguru saya, yang sangat fasih sejarah pemikiran ekonomi sosial Barat, termasuk aliran neo-populisme. Bahkan untuk belajar tentang yang terakhir, saya sangat banyak dibantu oleh sebuah textbook dari Jepang (sudah diterjemahkan ke Inggris) yang tidak hanya menjelaskan secara gamblang tentang Neo-populisme, tetapi juga mesketsakan dalam graphic matemathic aliran itu, tentu secara sederhana (bukannya mathematika dibuat untuk menyederhanakan yang kompleks, bukan mengkomplekskan yang sederhana). Dengan bekal yang masih sedikit itu, saya mulai mempelajari mandiri Credit Union. Dibantu oleh buku-buku kecil dari tahun 1970 yang diterbitkan antara lain oleh Komisi Sosial Ekonomi, saya memberanikan diri untuk belajar. “bukan untuk praktek?” Bukan, belum cukup ilmunya. “Koq lain dengan para pelaku Credit Union sekarang, hanya dari tradisi lisan, gethok-tular, saja sudah yakin dan merasa bisa...makanya tak jarang Credit Union-nya bukan ‘memberdayakan rakyat’, tapi, dengan akhul yakin ‘memPERdayakan rakyat’, jadi sapi perahan para pengurus dan manajernya, yang mempergunakan kesempatan dalam ‘kesempitan’ (karena para anggotanya masih belum cerdas)”, celetuk kawanku. “Hai, ada yang RAT, para wakilnya, hiii...jumlah 200 orang...ada yang dengan keluarganya...rapat di Batam...piknik dengan 4 bus di Singapura...memalukan dan menjijikan...tak ada bedanya dengan anggota DPR kita yang suka ngelayap...studi banding-an...memboroskan uang rakyat (baca: anggota)...dan pasti itu keputusan sepihak...menunggang punggung anggota CU”, selantap teman saya lagi. Saya bilang ‘Stop, bro...mereka kan ‘orang kaya baru’, istilahe wong Jowo ‘kere mungah bale’, dan benar juga kata salah satu sesepuh CU...CU harus bisa mengungkit anggota,...ya ya minimal anggota yang sedang jadi pengurus...gak mau turun-turun dengan dalih gak ada yang mengganti...dan manajer yang ke-enakan karena sudah digaji tinggi dan berkuasa...memang sangat beda dengan harapan dan cita-cita Romo Albrecht Kariem Arbie, SJ.. Nah, ini yang membuat saya sangat berat untuk ikut merintis Credit Union yang membebasakan rakyat kecil itu. Artinya anggota Credit Union yang termiskin harus merasa nyaman dan dibantu dengan adanya Credit Union. Bukan malah dipersulit dengan mendapatkan surat keterangan kelurahan, hanya pinjam beberapa ratus ribu rupiah...sementara yang pinjam untuk mobil, dan tanah sampai Rp 200 juta, karena minjamnya bawa mobil CRV, makeupsnya tebel, badannya wangi...langsung dipercaya ...credible...biasa sih mata ‘kere mungah bale’ (yang dilihat gebyar materi, mati nurani).

“Bagaimana Credit Union-mu yang ...gaya betul...mau membebaskan rakyat kecil?”, kejar temanku. Saya tak bisa berkutik: “sabar bro...bukan aku yang berjanji ber-Credit Union...tapi yang pesan itu Romo Albrecht Kariem Arbie, SJ almarhum...ya itu beratnya...justru karena bukan aku bro...”.


Kalau saya sih simple saja: bagaimana manusia, rakyat kecil, itu belajar dari kerbau di Sumba dan di Timor Leste. Mereka bisa kerja, sambil makan, atau makan sambil kerja. Itulah CU BasKom.

Bagaimana itu? Kebanyakan rakyat kecil, kalau sedang makan tak dapat bekerja, kalau sedang bekerja tak dapat makan. Mereka tetap kecil kalau kemampuannya satu-satu, tak bisa bersama-sama. Untuk cari makan, dia harus seharian bekerja, untuk mampu bekerja terus, ia harus sesekali makan. Mereka tidak mempunyai waktu untuk istirahat di tengah makan dan di tengah bekerja. Waktunya, tubuhnya habis untuk dikonsumsi untuk usaha mencari makan. Atau makannya habis untuk dilumat agar mampu bekerja. Yang tidak ada adalah daya untuk menabung, biar bisa istirahat tapi tetap makan, biar bisa bekerja dan tetap makan. Itu hanya mungkin kalau mereka berhasil, sedikit apapun, membuat tabungan. Tujuannya adalah untuk menyeimbangkan antar waktu bekerja dan makan, agar tidak naik turun, tetapi tetap constant, atau tetap berada dalam situasi KECUKUPAN. Kecukupan, baik ketika bekerjanya menghasilkan upah untuk makan berlimbah, maupun ketika makannya banyak sementara bekerjanya tak menghasilkan upah untuk makan yang mencukupi. Kata KECUKUPAN, sebagaimana dimunculkan oleh penelitian almarhum Masri Singarimbun dan D.H. Penny di Sriharjo (desa di Bantul) Yogyakarta circa tahun 1976., itulah kata kuncinya.

Kontras dengan semangat para pelaku Credit Union yang ‘kere mungah bale’ (OKB = Orang Kaya Baru), yang tujuan dari Credit Union untuk menjadi ‘Orang Kaya’ dalam materi, hingga harus selalu bersaing dan melebihi yang lain; bagi konsep KECUKUPAN, anggota Credit Union sebagai ganti mengejar ‘kekayaan’  ia mengejar KECUKUPAN. Cukup itu terbatas...maka pasti tidak menggusur yang punya hak anggota lain. Nah, kerapkali tingkah ‘kere mungah bale’ (atau OKB) apalagi dalam posisi kekuasaan, entah pengurus atau manajer condong menggusur hak kecukupan orang lain...kalau pengurus dan manajer serakah pasti menggusur hak dari anggota, khususnya yang miskin...karena yang miskin ikut menopang keserakahan itu...menyimpan dan taat kredit...tapi diperlakukan tak adil dalam hal aturan dan sikap (karena miskin dan jembel pakaian dicurigai harus pakai surat keterangan kelurahan bila mau pinjam, yang kaya dan trendy karena bermobil, di-OK...aturan dan sikap bisa sistematis bersifat tak adil pada yang lemah...maka jangan bersembunyi di balik aturan apalagi sikap sok profesioanal, sok kehati-hatian hukum.

KECUKUPAN ITU SEPADAN DENGAN TERCIPTANYA KESEJAHTERAAN UMUM  (COMMON GOODS). CU yang membebaskan rakyat kecil harus punya tujuan kecukupan, ya kesejahteraan umum. Bukan ‘kaya’ apalagi lebih kaya dari yang lain.

Kecukupan terlaksana dalam Komunitas
Cita-cita Kecukupan dalam Credit Union, hanya dapat terlaksana kalau CU adalah berbasis komunitas. Benar kata orang Credit Union itu ‘kumpulan orang’, bukan ‘kumpulan uang’. Tapi kata itu harus dicamkan, bukan hanya dikulum di mulut saja, tak bedanya dengan para pejabat dan kebanyakan DPR kita, kata-kata yang keluar dari mulut bagus, tapi tindakan tak mendukungnya atau bahkan nol.

Artinya fondasi terutama dan utama dari Credit Union BasKom adalah KOMUNITAS. Justru kearifan komunitas, seperti gotongroyong, takut dipermalukan, solider tetangga dan kawan minimal kalau sedang kesusahan menjadi jiwa yang menghidupkan CU Baskom. Manajemen keuangan dan keanggotaan CU Baskom hampir sebagian besar sama dengan CU CU yang lain. Bedanya adalah pada semangat, spirit, yang ditandai dengan kearifan lokal komunitas, baik modal sosial maupun modal budaya dan keagamaan/kepercayaan.

Sebagaimana kata J.H Boeke, ekonom besar Belanda yang pro rakyat kecil Indonesia pada tahun-tahun 1910 sampai 1953 nan: di balik motif ekonomi bangsa Hindia Belanda berdiri motif sosial (termasuk budaya dan sosial) yang kenthal. Maka bila itu tidak diperhitungkan, dilanggar saja, diperangkan saja dengan ekonomi Barat, termasuk koperasi, tanpa adanya pendidikan mental, akan kalahlah ekonomi bangsa Hindia Belanda. Demikian pula dengan Credit Union, yang nota bene, sistem ekonomi Barat, bila dimasukkan di tengah desa, seperti misal Lorejo, di Yogyakarta, tanpa pendidikan mental anggota desanya, mereka yang di desa in akan tergulung oleh ekonomi Barat (baca: modal kuat dari kota). Bahkan tergulungnya lebih cepat dari dugaan, karena justru difasilitasi dan dibantu aturan (tertulis maupun lisan antar pengurus dan manajer) oleh pengurus dan manajernya. Tentu karena mereka, kalau bukan diuntungkan secara financial, juga tentu diuntungkan secara aturan dan kebijakan, apalagi yang bersifat bisik-bisik, alias kong kalikong.

Ketika Yayasan Cindelaras Paritrana, di awal tahun 2001 mengembangkan dan memfasilitasi tumbuhnya Credit Uniom Basis Komunitas (CU BasKom) di dusun Jetis dan Praon, penelitian dasar telah dibuat di tingkat komunitas. Metodenya apa yang dipraktekkan oleh Yayasan bertahun tahun yakni Community Organizing through Participatory Action Research (COPAR), penelitiannya amat sederhana bisa mempergunakan alam dan gambar-gambar, yang penting berkolminasi pada PENYADARAN mengenai sistem yang menindas dan bagaimana membebaskan diri hingga menjadi manusia daulat. Juga sebenarnya di Lorejo, dilakukan hal yang sama. Bila CU mereka tetap menjadi CU Baskom seperti di Jetis dan Praon, saya yakin akan tetap berdaya guna bagi pembebasan rakyat kecil. Tapi sayang, anggota rakyat kecil desa telah ditelan oleh raksasa anggota rakyat ‘kaya baru’ perkotaan. Tak ada yang salah dengan rakyat perkotaan, karena banyak yang miskin kota pula, semula. Tetapi kini agak sulit dikatakan demikian, karena, jalan kaki, speda othel dan speda motor para anggota sudah diganti oleh anggota naik mobil grandlivina dan crv. Pas dengan semangat OKB atau ‘kere mungah bale’.

Inti dari ‘basis komunitas’ itu adalah PENYADARAN mengenai sistem yang menindas dan bagaimana membebaskan diri hingga menjadi manusia daulat. Daulat karena cukup, bukan karena ‘kaya melebihi yang lain atau bahkan selalu ingin mengalahkan yang lain’, itu serakah...justru itulah musuk bebuyutan (yang die hard) dari Credit Union. Maka tak heran Credit Union sudah menjadi berlagak bak bank...bahkan bank-plecit...untuk yang tidak suka.

Kalau sudah sadar, karena menghadapi tantangan bertubi baik dari dalam mentalitas anggota maupun dari luar (misalnya tawaran kredit tanpa anggunan murah bunga 0.5 %), maka perlu ORGANISASI yang kuat. Dalam ke-Organisasi-an ini semangat dan mental para anggota dibina dan dikuatkan. Tanpa organisasi, para pribadi anggota menjadi kesulitan, dan gampang melemah, bila menghadapi tantangan.

Salah satu terjemahan dari ORGANISASI yang kuat dan solider yakni, sistem tanggung renteng yang diperkenalkan oleh Ibu Syafril dari Malang sejak tahun 1970 dan sekarang banyak diadopsi oleh dunia. Jadi jaminan atau kolateral atas suatu pinjaman itu bukan berupa barang bergerak dan tak bergerak, tetapi berupa ‘jaminan orang’, atau ‘sekelompok orang anggota’. Artinya, kalau saya pinjam, yang ikut menjamin bahwa aku akan melunasi adalah rombongan anggota groupku, bila betul aku lagi bokek atau kena musibah, yang melunasi angsurannya yang para anggota yang ikut menanggung hutangku, sampai lunas. Perkara nanti kalau aku sudah bebas, aku melunasi angsuran yang sudah dibayarkan teman-temanku, itu perkara di luar Credit Union, kesetia kawanan. Jadi bila pinjamanku sama dengan simpananku di Credit Union, maka ketika aku pinjam maka aku tak perlu kolateral, kolateralnya ya simpananku. Bila pinjam dua kali tabungan, aku memakai sistem tanggung renteng misal ditanggung serta anggota berjumlah 5 orang. Bila 3 kali simpanan, maka pinjamanku ditanggung 10 penanggungrenteng. Dengan itu, kita tak butuh jaminan benda bergerak dan tidak, bahkan tak butuh notaris, dan bila mangkir bayar tak usah menyewa pengacara yang bayar ongkos minimal transportnya juga mahal, dan last but not least tak perlu CU nya menjadi bank-plecit.

Tanpa iming-iming hadiah tiap RAT, tanpa memanipulasi keterwakilan dengan mengabungkan anggota yang seolah dipilih tapi disuruh milih jadi wakil dan anggota yang kebetulan jadi staff dan pengurus, sehingga kalau ada voting pihak status quo pasti akan menang, tanpa ceramah mengenai cita-cita setinggi langit yang membajak ide orang lain, pasti CU BasKom seperti itu lebih memberkati bagi para anggotanya, yang memang tidak pernah sejak semula didesain untuk bisa lelang tanah 200 juta dan beli mobil 150 juta, tetapi untuk hidup berkecukupan dan berdaulat di lingkungan komunitasnya, yang sederhana tapi tentram bahagia.

CU-CU yang berkembang lintas pulau ini terlalu besar, bertentangan dengan filosopi ‘Small is Beautiful’nya EF. Schumacher, apalagi dengan filosopi kerbau di Sumba dan Timor Leste. Nampaknya kesalahannya satu dan fatal, meskipun oleh pengembangnya sudah dikoreksi mati-matian dengan filosopi petani, yakni buku Mohammad Hatta tentang koperasi dan UUD 1945 telah dilemparkan dan diganti dengan buku-buku Kiyosaki tentang Cashflow yang mengkhotbahkan “biarkanlah uang bekerja untuk dirimu”. Sebuah kebohongan Investor Kapitalistis, karena uang tak bisa bekerja sendiri, kecuali ada buruh, petani, nelayan, pengrajin, operator mesin, yang memutarkan uang itu, sehingga menuai nilai tambah berlipat. Itulah konsep added-value yang diperebutkan antara Majikan dan Buruh, antara Tuan Tanah dan Petani, antara Juragan dan Nelayan kecil, antara boleh jadi Pengurus Koperasi dan para anggotanya yang miskin. Saya bilang pada temanku yang sejak tadi memandangi uraianku dengan setia dan air liur mengalir: ‘bro, tak usah ke sidang WTO untuk melawan neoliberalisme, di perbatasan aku duduk dipisahkan oleh limbahan (teritisan) kalau dituruti, setiap hari aku mencoba melawannya, tetapi gagal. Tahu digagalkan oleh apa? Oleh sistem demokrasi yang diterapkan dan berhenti pada prosedur dan peraturan, tetapi miskin semangat dan hilang nurani.

Kawan-kawan komunitas Petani di Blitar, minta SEMAI, fasilitasi pendirian CU, kami sarankan dan sudah melakukan dengan berhasil mendirikan CU Baskom. Kawan-kawan seniman dan kriya seni di Jakarta, minta nasehat pada SEMAI, kami usulkan CU Baskom yang dikembangkan. Sistem pembukuan sebenarnya gampang dan bisa amat murah, kami telah kembangkan SIA (sistem informasi akuntansi) untuk CU Baskom, yang berusaha sangat terjangkau untuk rakyat kecil. Menjadi mahal, karena dipakai HAKI alias ada ‘ongkos maya’nya. Kalau tidak, ya murah. Bagi kawan-kawan di Sumatera Utara, di Riau, di Lampung, di Indramayu, di Jember, di Purworejo, di Salatiga, di Jombang, dan lain-lain yang pernah kami bantu mendirikan dan menumbuhkan CU pada saat lalu, kalau merasa tidak bersehati dengan CU yang bercita-cita menjadi ‘kaya melebihi yang lain’, tapi hendak membantu rakyat kecil merealisasikan kecukupan kebutuhan dan kesejahteraan umumnya, saya pikir CU BasKom lebih cocok. Tetapi yang terserah pilihan, sebab semuanya terpulang where we stand...and here I stand, minimal mencoba kesana, semoga diridau. Salam bersobatan.

Yogyakarta, hari bumi, April 2013.

4 komentar:

  1. Ini makalah yang aku rindukan, sudah saatnya ini disebarkan kepada para fungsionaris dan penggerak CU. Saya sungguh merasakan CU sekarang kehilangan jatidiri, nilai-nilai. CU sekarang dipandang sebagai " Cuma Uang", harus dikembalikan ke roh dan jatidiri awal jika ingin selamat dan tetap pada relnya.

    BalasHapus
  2. Terimakasih banyak AKI karna melalui jalan togel ini saya sekarang sudah bisa melunasi semua hutang2 orang tua saya bahkan saya juga sudah punya warung makan sendiri hi itu semua berkat bantuan AKI JAYA yang telah membarikan angka 4D nya menang 275 jt kepada saya dan ALHAMDULILLAH berhasil,kini saya sangat bangga pada diri saya sendiri karna melalui jalan togel ini saya sudah bisa membahagiakan orang tua saya..jika anda ingin sukses seperti saya hubungi no hp O85-244-015-689 AKI JAYA,angka ritual AKI JAYA meman selalu tepat dan terbukti..silahkan anda buktikan sendiri. 2D 3D 4D 5D 6D






    Terimakasih banyak AKI karna melalui jalan togel ini saya sekarang sudah bisa melunasi semua hutang2 orang tua saya bahkan saya juga sudah punya warung makan sendiri hi itu semua berkat bantuan AKI JAYA yang telah membarikan angka 4D nya menang 275 jt kepada saya dan ALHAMDULILLAH berhasil,kini saya sangat bangga pada diri saya sendiri karna melalui jalan togel ini saya sudah bisa membahagiakan orang tua saya..jika anda ingin sukses seperti saya hubungi no hp O85-244-015-689 AKI JAYA,angka ritual AKI JAYA meman selalu tepat dan terbukti..silahkan anda buktikan sendiri. 2D 3D 4D 5D 6D






    Terimakasih banyak AKI karna melalui jalan togel ini saya sekarang sudah bisa melunasi semua hutang2 orang tua saya bahkan saya juga sudah punya warung makan sendiri hi itu semua berkat bantuan AKI JAYA yang telah membarikan angka 4D nya menang 275 jt kepada saya dan ALHAMDULILLAH berhasil,kini saya sangat bangga pada diri saya sendiri karna melalui jalan togel ini saya sudah bisa membahagiakan orang tua saya..jika anda ingin sukses seperti saya hubungi no hp O85-244-015-689 AKI JAYA,angka ritual AKI JAYA meman selalu tepat dan terbukti..silahkan anda buktikan sendiri. 2D 3D 4D 5D 6D



    BalasHapus
  3. Nama: __ Hendi Zikri Didi
    Bandar: _______________ Melaka
    pekerjaan: _ Pemilik perniagaan
    Sebarang notis: ____ hendidi01@gmail.com

    Halo semua, sila berhati-hati tentang mendapatkan pinjaman di sini, saya telah bertemu dengan banyak peminjam palsu di internet, saya telah menipu saya hampir menyerah, sehingga saya bertemu seorang rakan yang baru saja memohon pinjaman dan dia mendapat pinjaman tanpa tekanan, jadi dia memperkenalkan saya kepada legitamate AASIMAHA ADILA AHMED LOIR FIRM, saya memohon Rm1.3 juta. Saya mempunyai pinjaman saya kurang dari 2 jam hanya 1% tanpa cagaran. Saya sangat gembira kerana saya diselamatkan daripada mendapatkan hutang miskin. jadi saya nasihat semua orang di sini memerlukan pinjaman untuk menghubungi AASIMAHA dan saya memberi jaminan bahawa anda akan mendapat pinjaman anda.

    Pusat Aplikasi / Hubungi
    E-mail: ._________ aasimahaadilaahmed.loanfirm@gmail.com
    WhatsApp ____________________ + 447723553516

    BalasHapus