Kamis, 28 Maret 2013

Agenda 21 – Chapter 10 INTEGRATED APPROACH TO THE PLANNING AND MANAGEMENT OF LAND RESOURCES



Perencanaan dan Tata-kelola Sumberdaya Bumi
Berikut ini disampaikan Dokumen Agenda 21/1992 Bab 10 mengenai Perencanaan dan Tata-kelola Sumberdaya Bumi secara terpadu. Ini meliputi wilayah beserta tanah, mineral, air dan biota yang ada di dalamnya. Pembicaraan berkaitan dengan (a) aspek perencanaan  dan tatakelola dengan penerbitan kebijakan dan piranti penunjang kebijakan; penguatan sistem; penerapan metode dan alat tepat guna; peningkatan kesadaran publik dan partisipasi publik; (b) pengembangan data dan informasi mengenai sumberdaya bumi; (c) koordinasi dan kerjasama internasional dengan sistem regional sebagai basis; (d) pengujian temuan riset melalui proyek-proyek rintisan.


10.1. Land is normally defined as a physical entity in terms of its topography and spatial nature; a broader integrative view also includes natural resources: the soils, minerals, water and biota that the land comprises. These components are organized in ecosystems which provide a variety of services essential to the maintenance of the integrity of life-support systems and the productive capacity of the environment. Land resources are used in ways that take advantage of all these characteristics. Land is a finite resource, while the natural resources it supports can vary over time and according to management conditions and uses. Expanding human requirements and economic activities are placing ever increasing pressures on land resources, creating competition and conflicts and resulting in suboptimal use of both land and land resources. If, in the future, human requirements are to be met in a sustainable manner, it is now essential to resolve these conflicts and move towards more effective and efficient use of land and its natural resources. Integrated physical and land-use planning and management is an eminently practical way to achieve this. By examining all uses of land in an integrated manner, it makes it possible to minimize conflicts, to make the most efficient trade-offs and to link social and economic development with environmental protection and enhancement, thus helping to achieve the objectives of sustainable development. The essence of the integrated approach finds expression in the coordination of the sectoral planning and management activities concerned with the various aspects of land use and land resources.

Wirausaha Sosial, Apa itu?




Belakangan muncul wacana tentang “wirausaha sosial” dan menimbulkan tanda tanya, apa yang dimaksudkan dengan itu. Selama ini istilah wirausaha (entrepreneur) dikaitkan dengan bisnis. Biasanya berkenaan dengan usaha ekonomis yang mandiri. Peran wirausaha digambarkan sebagai orang yang secara kreatif dan mandiri dapat mengatasi masalah ekonomis tertentu dengan maksud untuk mendapat keuntungan pribadi. Entah dengan memproduksi barang atau jasa, entah sebagai penyalur barang atau jasa. Kreativitas menjadi kekuatan pokoknya. Tetapi ketika perusahaan-perusahaan mengalami kebuntuan usaha, manajemen perusahaan juga berusaha menumbuhkan kreativitas dari dalam perusahaannya. Maka digalakkanlah timbulnya semacam wirausaha, namun bukan orang yang mandiri, melainkan para staf yang ada di dalam  perusahaan dan tergantung pada perusahaan. Mereka diharapkan seperti para wirausaha (entrepreneur) di luar sana, dapat menghasilkan ide-ide kreatif, inovasi-inovasi cemerlang, yang dapat mengantar perusahaan melakukan terobosan atau “breakthrough” dalam prestasi ekonomis mereka yang stagnan. Jenis “wirausaha internal perusahaan” ini disebut “intrapreneur”.

Wirausaha digambarkan mempunyai cara berpikir yang tidak biasa, “out of the box”, wawasan dan cara memandang yang berbeda. Karena itu lalu mempunyai penjelasan yang lain, berupa gagasan baru, untuk memecahkan masalah yang biasa. Kendati wawasan dan gagasannya tidak diterima umum (karena tidak lazim), namun ia berani menanggung risiko secara pribadi, dan berusaha keras untuk mewujudnyatakan gagasan barunya itu. Maka wirausaha (entrepreneur) berbeda dengan “intrapreneur” perusahaan dalam soal menanggung risiko. Sebab intrapreneur melaksanakan ide-idenya hanya setelah pihak perusahaannya bersedia menanggung risiko bisnisnya. Intrapreneur tidak menanggung risiko kegagalan gagasan bisnisnya secara pribadi.


Bagaimana dengan Wirausaha Sosial?

Rabu, 27 Maret 2013

Beras Analog



Diversifikasi Pangan


Tingkat konsumsi beras masyarakat Indonesia pada 2011 tercatat mencapai 102 kilogram per kapita per tahun. Merupakan angka konsumsi beras paling tinggi dibandingkan dengan negara-negara lain. Rata-rata konsumsi beras dunia hanya 60 kilogram per kapita per tahun. Jika kecenderungan kenaikannya dibiarkan saja, maka akan membahayakan ketahanan pangan nasional. Oleh sebab itu diusahakan inovasi produk pengganti, salah satunya adalah beras analog, yang diharapkan mampu memberi kontribusi dalam mengatasi ketahanan pangan secara berkelanjutan.

Subsidi BBM dan Biaya Gaji PNS Menyandera APBN



Negara Terus Utang demi PNS dan BBM?


Dalam APBN 2013, kuota BBM subsidi ditetapkan sebesar 46,01 juta KL dengan rincian Premium 29,20 Juta KL, Solar 15,11 juta KL dan Minyak Tanah 1,7 juta KL.. Namun situasi menunjukkan konsumsi BBM semakin meningkat. Jika tidak dilakukan berbagai upaya untuk mengerem konsumsi BBM subsidi, maka konsumsi Premium tahun ini akan melebihi kuota sebesar 3-3,5 juta KL atau sekitar 32,7 juta KL. Sedangkan konsumsi Solar diperkirakan akan melebihi kuota sebesar 2 juta KL atau mencapai 17,11 juta KL.

Seperti diketahui, nilai subsidi BBM pada 2013 ditetapkan sebesar Rp 193 triliun. Jika tidak dilakukan berbagai upaya maka diperkirakan dana subsidi BBM tahun ini akan mencapai lebih dari Rp 200 triliun.

Selasa, 26 Maret 2013

Pola tanam padi SRI dan Pelatihan




SRI dikembangkan di Madagaskar oleh Fr Henri de Laulanie SJ, yang antara tahun 1961 dan 1995 bekerja bersama para petani Malagasi dan rekan-rekannya untuk memajukan peluang bagi peningkatan produksi padi di negeri itu. Ia menginginkan rakyat Malagasi hidup lebih bahagia dan lebih sejahtera. Sekarang hasil jerih payahnya dipelajari dan dikaji para ilmuwan di pelbagai negara (pada tahun 2012, tercatat sudah sekitar 50 negara menerapkan SRI, termasuk Indonesia).

Salah seorang petani angkatan pertama yang menerapkan SRI dan menjadi terkenal adalah Honore Randrianarasana yang menggunakan metode SRI pada musim tanam 1994/1995 di lahan seluas seperempat hektar. Ia mendapatkan hasil panen pertama 9,5 ton/hektar.

Coup d'etat (Kudeta) 25 Maret 2013?




Catatan Bambang Kussriyanto
Tempo hari santer beredar isu bahwa akan terjadi kudeta tanggal 25 Maret 2013. Seperti isu tentang demo-demo, lalu bertiuplah berita itu dan menjadi percakapan di berbagai mailing list. Sebagian dengan cemas mencari justifikasi, apa yang menjadi dasar-dasar kudeta. Karena mereka mencemaskan situasi pasca kudeta. Sebagian lagi sekedar iseng barangkali mau jadi penggembira baik dalam penyebaran isu kudeta, maupun kalau sungguh terjadi kudeta.

Teman-teman SEMAI ternyata banyak yang lupa, bahwa Kudeta berasal antara lain mengandung unsur "coup". Dalam bahasa Perancis, "coup" adalah pukulan mendadak. Dilontarkan ketika yang dipukul terlena, atau tidak pada posisi yang baik, sehingga dapat dipukul dalam arti lalu sempoyongan meninggalkan posisi terbaiknya. Atau dilengser dari kedudukannya secara tiba-tiba. Maka kudeta akan selalu merupakan agenda rahasia. Prinsip utama kudeta adalah pukulan kejutan, sama seperti prinsip gerilya.

Senin, 25 Maret 2013

Warung Burjo Jogja



Di Twitter baru saja (25 Maret 2013 pkl 19.17) terdapat ocehan:

: byk warung burjo yg krisis identitas (ga jualan burjo lagi). Sering kecele ndaaa...

Belakangan juga santer ditawarkan melalui internet mbah Gugle, warung burjo strategis mau dijual, dioperkan, dipindahtangankan. 
Ada apa, ya?
Twitter menyebut-nyebut "krisis identitas" dengan keterangan "nggak jualan burjo lagi". 
Pada hal pelanggan masih mencari burjo, dan "sering kecele!"