Sebenarnya sudah dari tahun 1998, Uni Eropa menerapkan
labeling atas produk-produk hasil dari benih rekayasa genetik. Namun sejak
bulan November 2012, setelah penelitian ilmuwan Perancis atas benih jagung hasil
rekayasa genetik (GMO) yang potensial menyebabkan kanker, berbagai negara di
Asia menghentikan impor benih-benih hasil rekayasa genetika dari Amerika Serikat,
khususnya dari perusahaan Monsanto. Rusia juga menyetop impornya. Jepang,
Australia, New Zealand, China, Saudi Arabia, Thailand, India, Chile dan
Africa Selatan mulanya juga hanya menerapkan GMO-labeling
atas produk-produk hasil benih rekayasa genetik, yang menyebabkan harga jual di
pasar menjadi lebih tinggi, tetapi menyadarkan masyarakat bahwa jika mereka
memilih produk itu, mereka sadar bahwa telah memilih produk yang dapat
menyebabkan kanker. Peru 100% melarang perdagangan produk GMO di negerinya.Sekarang total 49 negara di seluruh dunia melawan produk GMO/GE.
Trainer, Consultor, Researcher, Capacity Development Expert
Minggu, 14 April 2013
Agenda 21 Chapter 14 Sustainable Agriculture
Berkenaan khusus dengan Pertanian Berkelanjutan.
Program-program
berikut ini termasuk dalam wacana Agenda 21 bab ini:
a.
Kajian kebijakan pertanian, perencanaan dan pemrograman terpadu, dengan mengingat aspek multifungsi
pertanian, khususnya mengenai ketahanan pangan dan pembangunan berkelanjutan;
b.
Memastikan partisipasi rakyat dan memajukan pengembangan sumber daya manusia
untuk pertanian berkelanjutan;
c.
Meningkatkan produksi dan sistem-sistem pertanian melalui diversifikasi
pekerjaan dan perkembangan infrastruktur on dan off farm;
d.
Informasi perencanaan tataguna tanah dan pendidikan pertanian;
e.
Konservasi dan rehabilitasi tanah;
f.
Air untuk produksi pangan berkelanjutan dan pembangunan
pedesaan yang berkelanjutan;
g.
Konservasi dan pemanfaatan sumberdaya genetika tanaman baik untuk pangan maupun
pertanian berkelanjutan;
h.
Konservasi dan pemanfaatan yang berkelanjutan sumber-sumber genetis hewan untuk
pertanian berkelanjutan;
i.
Pengelolaan pengendalian hama terpadu
dalam pertanian;
j.
Pemupukan tanaman berkelanjutan demi meningkatkan produksi pangan;
k.
Peralihan energi pedesaan untuk
meningkatkan produktivitas;
l.
Penilaian efek-efek radiasi ultraviolet
atas tanaman dan hewan karena penipisan
lapisan ozon stratosfir.
Agenda
21 Chapter 14 Sustainable Agriculture
Introduction
1.
By the year 2025, 83 per cent of
the expected global population of 8.5 billion will be living in developing
countries. Yet the capacity of available resources and technologies to satisfy
the demands of this growing population for food and other agricultural
commodities remains uncertain. Agriculture has to meet this challenge, mainly
by increasing production on land already in use and by avoiding further
encroachment on land that is only marginally suitable for cultivation.
Jumat, 12 April 2013
CU Ngudi Lestari: Mentautkan Keuangan dengan Lingkungan
by MG THIWULZ
Pada tahun 2000 hampir
bersamaan dengan program pembangunan lingkungan di Praon, dana UNDP melalui GEF-SGP juga turun di Dusun Jetis, yang letaknya
sekitar 3 km dari Dusun Praon. Program yang diusung berjudul: “Pengembangan Sistem Pertanian dan Pekarangan Organik Terpadu”. Dusun yang termasuk wilayah Desa
Pampang, Kecamatan Paliyan, Kabupaten Gunungkidul, DIY ini menerima dana Rp 232,203,000.00. (dua ratus tiga puluh dua juta dua ratus tiga ribu rupiah). Melalui
pengelolaan dana yang bijak a la KUPP Praon, mereka berhasil menabung modal
sebesar 20 juta rupiah. Tahun 2002, CINDELARAS
PARITRANA mengutus staffnya belajar tentang Credit Union (CU) di Kalimantan,
kemudian menularkan ke komunitas-komunitas lain. Saat itu komunitas Jetis
terlihat siap dan berkemauan keras untuk memiliki lembaga keuangan mandiri
tingkat dusun. Dua tahun masyarakat Jetis berjuang mempersiapkan lahirnya CU,
akhirnya dengan modal tekad dan semangat, tanggal 10 Agustus 2004 mereka berani
mendirikan CU dengan nama CU Ngudi Lestari.
Kamis, 11 April 2013
KUPP Rahayu membangun masyarakat Dusun Praon
Oleh Mas Gatot Thiwulz
Sejak tahun 2000, CINDELARAS PARITRANA mencari sebuah bentuk lembaga keuangan yang cocok untuk masyarakat dampingannya yang kebanyakan penduduk pedesaan dan berpenghidupan sebagai petani dan pedagang kecil. Di masyarakat sendiri telah berkembang berbagai jenis kumpulan atau “lembaga keuangan”. Ada arisan RT, simpan pinjam RT, Simpan pinjam kelompok kandang, simpan pinjam kelompok tani, arisan ibu-ibu PKK, simpan pinjam kelompok doa, bahkan di beberapa komunitas, kelompok remaja pun sudah terjangkit “permainan uang” dengan label arisan atau simpan pinjam. Setiap orang menjadi pemain di berbagai kelompok yang diikutinya. Di sinilah masyarakat terjebak, karena merasa memiliki banyak alat untuk memenuhi kebutuhan lalu terjerumus ke pola “gali lubang tutup lubang” yang justru merugikan.
Budidaya Kakao
PENDAHULUAN
Tanaman kakao merupakan tanaman perkebunaan memiliki nilai ekonomi yang
tinggi dan stabil, dan prospeknya cukup menjanjikan. Permintaan pasar akan
komoditas ini sangat besar. Bagi petani tanaman kakao yang sudah berbuah
mendatangkan hasil panen mingguan. Tetapi jika faktor tanah yang semakin keras
dan miskin unsur hara terutama unsur hara mikro dan hormon alami, faktor iklim
dan cuaca, faktor hama dan penyakit tanaman, serta factor pemeliharaan lainnya
tidak diperhatikan maka tingkat produksi dan kualitas akan rendah.
1. Persiapan Lahan
Pada dasarnya, tanaman kakao merupakan tanaman sela. Persiapan lahan dengan
demikian disesuaikan dengan bidang tanah yang hendak ditanami. Karena tanaman
kakao memerlukan naungan, lahan yang sudah memiliki tanaman pokok produktif namun
hendak disulam hendaknya menyisakan tanaman penaung berjajar dari utara ke
selatan. Kakao juga dapat ditanam di kebun kelapa. Jika tadinya merupakan tanah
kosong, dua tahun sebelum ditanami kakao perlu disiapkan pokok-pokok penaung
seperti Lamtoro, Gleresidae dan Albazia.
Gunung sebagai Menara Air Kita
Lebih dari setengah populasi manusia di dunia tergantung oleh air yang
berasal dari aliran sungai-sungai yang bersumber dari gunung, baik untuk
kebutuhan minum, pengairan tanaman pangan, sumber tenaga listrik dan bagi
keberlanjutan berbagai industri. Peran strategis dan vital ekosistem gunung,
selain menjadi pusat konsentrasi keragaman hayati serta memiliki budaya dan
tradisi yang khas, sesungguhnya yang terutama adalah keberadaannya sebagai
sumber air bersih dalam tata air secara keseluruhan.
Maka sustenabilitas ekosistem kawasan gunung sebagai sumber air perlu
mendapat perhatian. Juga di Indonesia. Ekosistem adalah tatanan unsur lingkungan hidup yang merupakan kesatuan
utuh-menyeluruh dan saling mempengaruhi dalam membentuk keseimbangan,
stabilitas, dan produktivitas lingkungan hidup. Ekosistem yang baik dapat
menangkal bencana alam yang merugikan orang banyak. Banjir yang kronis melanda
Jakarta antara lain ditengarai sebagai akibat dari rusaknya ekosistem gunung di
kawasan Puncak Cisarua, Bogor, yang tidak mampu lagi menahan air larian
sehingga meluncur turun deras menjadi banjir kiriman menggenangi Jakarta.
Banjir yang semakin sering terjadi di kota Bandung pun ditengarai disebabkan
oleh rusaknya ekosistem kawasan sekitar Hutan Juanda di Lembang. Bukan mustahil
pula banjir kronis di kota Semarang bukan saja disebabkan oleh rob air laut,
tetapi juga oleh rusaknya ekosistem gunung di bagian selatan kota karena
maraknya alih fungsi lahan menjadi kawasan pemukiman yang kurang penghijauan.
Masalah kita dengan demikian adalah bagaimana membangun ekosistem gunung yang
dapat menahan air hujan, meresapkannya ke dalam tanah, dan menjadikannya sumber
air lestari bagi daerah-daerah di bawah gunung-gunung. Tatakelola ekosistem (termasuk
ekosistem kawasan gunung) meliputi a. perencanaan; b. pemanfaatan; c. pengendalian; d. pemeliharaan; e. pengawasan; dan f. penegakan hukum.
Kamis, 04 April 2013
Gunung-gunung kita dan Energi Panas Bumi
Indonesia yang terletak
pada jalur gunungapi lingkar Pasifik dan lintas Asia memiliki lebih dari 400 gunung berapi dan 129 di
antaranya aktif, sehingga Indonesia merupakan negara yang paling kaya akan
gunung di dunia (16%). Pada bulan Maret 2013 Pusat Data Informasi dan Badan Nasional Penanggulangan
Bencana (BNPB), menyebutkan, 18 gunung berstatus waspada yakni Gunung Dieng,
Seulawah Agam (Aceh, Sumatera), Papandayan (Garut, Jabar), Dukuno (Pulau
Halmahera), Sinabung (Kab Karo, Sumatera Utara), Marapi (Sumatera Barat),
Tangkubanparahu (Lembang, Jabar), Soputan (Sulawesi Utara), Semeru (Lumajang, Jatim), Krakatau (Selat
Sunda), Gamkonora (Halmahera), Talang (Solok, Sumatera Barat), Bromo (Jatim),
Ibu (Halmahera), Kerinci (Jambi, Sumatera), Ili Lewotolo (Pulau Lembata),
Sangeangapi (Kepulauan Nusa Tenggara), dan Gamalama (Maluku Utara).
Langganan:
Postingan (Atom)