CU Ngudi Lestari: Mentautkan Keuangan dengan Lingkungan

by MG THIWULZ

Pada tahun 2000 hampir bersamaan dengan program pembangunan lingkungan di Praon, dana UNDP melalui GEF-SGP juga turun di Dusun Jetis, yang letaknya sekitar 3 km dari Dusun Praon. Program yang diusung berjudul: “Pengembangan Sistem Pertanian dan Pekarangan Organik Terpadu”. Dusun yang termasuk wilayah Desa Pampang, Kecamatan Paliyan, Kabupaten Gunungkidul, DIY ini menerima dana Rp 232,203,000.00. (dua ratus tiga puluh dua juta dua ratus tiga ribu rupiah). Melalui pengelolaan dana yang bijak a la KUPP Praon, mereka berhasil menabung modal sebesar 20 juta rupiah.  Tahun 2002, CINDELARAS PARITRANA mengutus staffnya belajar tentang Credit Union (CU) di Kalimantan, kemudian menularkan ke komunitas-komunitas lain. Saat itu komunitas Jetis terlihat siap dan berkemauan keras untuk memiliki lembaga keuangan mandiri tingkat dusun. Dua tahun masyarakat Jetis berjuang mempersiapkan lahirnya CU, akhirnya dengan modal tekad dan semangat, tanggal 10 Agustus 2004 mereka berani mendirikan CU dengan nama CU Ngudi Lestari.

Nama Ngudi Lestari dikaitkan dengan program lingkungan yang diprakarsai GEF-SGP bersama CINDELARAS PARITRANA. Program-program lingkungan mengandaikan adanya keberlanjutan dan bisa terus berjalan. Jangan hanya pada saat menerima dana saja program dilaksanakan. Kata “ngudi” dalam bahasa Jawa yang berarti mengupayakan, sedangkan kata “lestari” artinya langgeng, kekal abadi yang terkait dengan pelestarian lingkungan dusun. Pertanyaan sekarang apakah adanya lembaga keuangan seperti CU bisa menjamin kelangsungan upaya-upaya pelestarian lingkungan? 

Salah satu upaya pelestarian lingkungan adalah program-program yang mendukung pertanian organik yang hingga saat ini masih berjalan baik. Misalnya, distribusi ternak sapi dengan sistem “gaduh gilir” (revolving). Sapi yang semula berjumlah 12 ekor sudah digilir hampir di seluruh Kepala Keluarga (KK) di Jetis, bahkan hingga saat ini sudah memasuki putaran ketiga. Mukarto (34), salah seorang warga, sejak menggaduh di putaran pertama, saat ini sudah memiliki 4 ekor sapi. Lahan petanian di Jetis sangat mengandalkan kotoran sapi, meski belum sama sekali bebas dari pupuk kimia. CU Ngudi Lestari memang tidak secara langsung mendukung program-program tersebut. Namun secara finansial mendukung keberlangsungannya. Sebab, setiap kegiatan masyarakat  tentu memerlukan dukungan finansial. Di sinilah, terjadi pertautan antara lembaga finansial dan upaya-upaya pelestarian lingkungan.

Hanya dalam waktu tujuh tahun, dana awal sebesar 20 juta rupiah, seperti dilaporkan dalam RAT 2010, per 31 Desember 2010,  telah menjadi Rp 252,675,005 (dua ratus lima puluh dua juta enam ratus tujuh puluh lima ribu lima ratus rupiah) atau lipat 12 lebih. Sekitar 80 persen dari seluruh asset beredar di masyarakat. Tak hanya keuntungan secara finansial yang dinikmati warga Jetis. Melalui Credit Union, masyarakat juga belajar untuk saling menjaga adanya interaksi sosial. Semboyan CU: Kamu susah, saya bantu. Saya susah, kamu bantu, sangat kentara dalam mekanisme CU, dengan bisnis tunggalnya yaitu: simpan pinjam untuk kesejabteraan bersama. Tingkat kemacetan kredit tetap di bawah satu persen, meski belum memberlakukan sistem agunan kepada anggota. CU hanya menerapkan pola tanggung renteng. Artinya dibentuk kelompok masing-masing lima anggota, setiap anggota kelompok berkewajiban mengontrol temannya yang akan, sedang, dan hendak memulai dan mengakhiri proses pinjaman. 

Saat ini CU Ngudi Lestari telah memiliki 339 anggota (data 31 Desember 2010), 90 % berasal dari Dusun Jetis sendiri dan selebihnya adalah warga di sekitar Desa Pampang. Setiap tahun lembaga kecil ini menghasilkan pendapatan minimal 9 juta rupiah yang dipergunakan untuk memperkuat permodalan lembaga dan secara tidak langsung mendukung upaya anggotanya untuk melestarikan lingkungan dengan budidaya pertanian dan peternakannya. 

Di dalam masyarakat Jetis dan sekitarnya selain bertani dan beternak secara tradisional juga ada sebagian warga masyarakat yang mengembangkan di bidang kerajinan perak dan tembaga. Dengan banyaknya pengrajin makin menunjang keberlangsungan CU Ngudi Lestari dalam pengembangan simpan pinjam sehingga banyak anggota yang meminjam untuk permodalan dalam usaha tersebut.

Namun dibalik semua itu juga sangat menarik lembaga keuangan lain untuk mengambil keuntungan dari para pengrajin dengan member pinjaman lunak sebagai modal usaha. Lembaga keuangan baik dari pemerintah dan swasta bebondong – bondong mencairkan dana permodalan dengan jumlah sekitar Rp.2,000,000,000 (dua milyard rupiah) secara murah dan mudah serta member fasilitas yang tidak sebanding dari hasil yang diraih. Hal itu juga tidak begitu berpengaruh besar pada CU Ngudi Lestari. Semua anggota tetap lebih mempercayakan dalam hal permodalan melalui CU. Sehingga keberlangsungan CU Ngudi Lestari tetap terjaga. 

Dalam hal pertanian, kelompok pertanian yang ada di Dusun Jetis juga mencoba mengembangkan kelompok dengan menbeli peralatan pertanian berupa traktor dan mesin perontok yang menggunakan pinjaman dari CU yng dikelola secara bersama. Tanpa harus mengandalkan bantuan dari pemerintah setempat.