Minggu, 14 April 2013

Agenda 21 Chapter 14 Sustainable Agriculture




Berkenaan khusus dengan Pertanian Berkelanjutan.
Program-program berikut ini termasuk dalam wacana Agenda 21 bab ini:
a. Kajian kebijakan pertanian, perencanaan dan pemrograman  terpadu, dengan mengingat aspek multifungsi pertanian, khususnya mengenai ketahanan pangan dan pembangunan berkelanjutan;
b. Memastikan partisipasi rakyat dan memajukan pengembangan sumber daya manusia untuk pertanian berkelanjutan;
c. Meningkatkan produksi dan sistem-sistem pertanian melalui diversifikasi pekerjaan dan perkembangan infrastruktur on dan off farm;
d. Informasi perencanaan tataguna tanah dan pendidikan pertanian;
e. Konservasi dan rehabilitasi tanah;
f. Air  untuk  produksi pangan berkelanjutan dan pembangunan pedesaan yang berkelanjutan;
g. Konservasi dan pemanfaatan sumberdaya genetika tanaman baik untuk  pangan maupun  pertanian berkelanjutan;
h. Konservasi dan pemanfaatan yang berkelanjutan sumber-sumber genetis hewan untuk pertanian berkelanjutan;
i. Pengelolaan pengendalian hama terpadu  dalam pertanian;
j. Pemupukan tanaman berkelanjutan demi meningkatkan produksi pangan;
k. Peralihan  energi pedesaan untuk meningkatkan produktivitas;
l. Penilaian efek-efek radiasi ultraviolet  atas tanaman dan hewan karena penipisan  lapisan ozon stratosfir.


Agenda 21 Chapter 14 Sustainable Agriculture
Introduction
1.         By the year 2025, 83 per cent of the expected global population of 8.5 billion will be living in developing countries. Yet the capacity of available resources and technologies to satisfy the demands of this growing population for food and other agricultural commodities remains uncertain. Agriculture has to meet this challenge, mainly by increasing production on land already in use and by avoiding further encroachment on land that is only marginally suitable for cultivation.

Jumat, 12 April 2013

CU Ngudi Lestari: Mentautkan Keuangan dengan Lingkungan


by MG THIWULZ


Pada tahun 2000 hampir bersamaan dengan program pembangunan lingkungan di Praon, dana UNDP melalui GEF-SGP juga turun di Dusun Jetis, yang letaknya sekitar 3 km dari Dusun Praon. Program yang diusung berjudul: Pengembangan Sistem Pertanian dan Pekarangan Organik Terpadu”. Dusun yang termasuk wilayah Desa Pampang, Kecamatan Paliyan, Kabupaten Gunungkidul, DIY ini menerima dana Rp 232,203,000.00. (dua ratus tiga puluh dua juta dua ratus tiga ribu rupiah). Melalui pengelolaan dana yang bijak a la KUPP Praon, mereka berhasil menabung modal sebesar 20 juta rupiah.  Tahun 2002, CINDELARAS PARITRANA mengutus staffnya belajar tentang Credit Union (CU) di Kalimantan, kemudian menularkan ke komunitas-komunitas lain. Saat itu komunitas Jetis terlihat siap dan berkemauan keras untuk memiliki lembaga keuangan mandiri tingkat dusun. Dua tahun masyarakat Jetis berjuang mempersiapkan lahirnya CU, akhirnya dengan modal tekad dan semangat, tanggal 10 Agustus 2004 mereka berani mendirikan CU dengan nama CU Ngudi Lestari.

Kamis, 11 April 2013

KUPP Rahayu membangun masyarakat Dusun Praon




Oleh Mas Gatot Thiwulz
Sejak tahun 2000, CINDELARAS PARITRANA mencari sebuah bentuk lembaga keuangan yang cocok untuk masyarakat dampingannya yang kebanyakan penduduk pedesaan dan berpenghidupan sebagai petani dan pedagang kecil. Di masyarakat sendiri telah berkembang berbagai jenis kumpulan atau “lembaga keuangan”. Ada arisan RT, simpan pinjam RT, Simpan pinjam kelompok kandang, simpan pinjam kelompok tani, arisan ibu-ibu PKK, simpan pinjam kelompok doa, bahkan di beberapa komunitas, kelompok remaja pun sudah terjangkit “permainan uang” dengan label arisan atau simpan pinjam. Setiap orang menjadi pemain di berbagai kelompok yang diikutinya. Di sinilah masyarakat terjebak, karena merasa memiliki banyak alat untuk memenuhi kebutuhan lalu terjerumus ke pola “gali lubang tutup lubang” yang justru merugikan.

Budidaya Kakao





PENDAHULUAN
Tanaman kakao merupakan tanaman perkebunaan memiliki nilai ekonomi yang tinggi dan stabil, dan prospeknya cukup menjanjikan. Permintaan pasar akan komoditas ini sangat besar. Bagi petani tanaman kakao yang sudah berbuah mendatangkan hasil panen mingguan. Tetapi jika faktor tanah yang semakin keras dan miskin unsur hara terutama unsur hara mikro dan hormon alami, faktor iklim dan cuaca, faktor hama dan penyakit tanaman, serta factor pemeliharaan lainnya tidak diperhatikan maka tingkat produksi dan kualitas akan rendah.
 
1. Persiapan Lahan
Pada dasarnya, tanaman kakao merupakan tanaman sela. Persiapan lahan dengan demikian disesuaikan dengan bidang tanah yang hendak ditanami. Karena tanaman kakao memerlukan naungan, lahan yang sudah memiliki tanaman pokok produktif namun hendak disulam hendaknya menyisakan tanaman penaung berjajar dari utara ke selatan. Kakao juga dapat ditanam di kebun kelapa. Jika tadinya merupakan tanah kosong, dua tahun sebelum ditanami kakao perlu disiapkan pokok-pokok penaung seperti Lamtoro, Gleresidae dan Albazia.

Gunung sebagai Menara Air Kita





Lebih dari setengah populasi manusia di dunia tergantung oleh air yang berasal dari aliran sungai-sungai yang bersumber dari gunung, baik untuk kebutuhan minum, pengairan tanaman pangan, sumber tenaga listrik dan bagi keberlanjutan berbagai industri. Peran strategis dan vital ekosistem gunung, selain menjadi pusat konsentrasi keragaman hayati serta memiliki budaya dan tradisi yang khas, sesungguhnya yang terutama adalah keberadaannya sebagai sumber air bersih dalam tata air secara keseluruhan.



Maka sustenabilitas ekosistem kawasan gunung sebagai sumber air perlu mendapat perhatian. Juga di Indonesia. Ekosistem adalah tatanan unsur lingkungan hidup yang merupakan kesatuan utuh-menyeluruh dan saling mempengaruhi dalam membentuk keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas lingkungan hidup. Ekosistem yang baik dapat menangkal bencana alam yang merugikan orang banyak. Banjir yang kronis melanda Jakarta antara lain ditengarai sebagai akibat dari rusaknya ekosistem gunung di kawasan Puncak Cisarua, Bogor, yang tidak mampu lagi menahan air larian sehingga meluncur turun deras menjadi banjir kiriman menggenangi Jakarta. Banjir yang semakin sering terjadi di kota Bandung pun ditengarai disebabkan oleh rusaknya ekosistem kawasan sekitar Hutan Juanda di Lembang. Bukan mustahil pula banjir kronis di kota Semarang bukan saja disebabkan oleh rob air laut, tetapi juga oleh rusaknya ekosistem gunung di bagian selatan kota karena maraknya alih fungsi lahan menjadi kawasan pemukiman yang kurang penghijauan. Masalah kita dengan demikian adalah bagaimana membangun ekosistem gunung yang dapat menahan air hujan, meresapkannya ke dalam tanah, dan menjadikannya sumber air lestari bagi daerah-daerah di bawah gunung-gunung. Tatakelola ekosistem (termasuk ekosistem kawasan gunung) meliputi a. perencanaan; b. pemanfaatan; c. pengendalian; d. pemeliharaan; e. pengawasan; dan f. penegakan hukum.

Kamis, 04 April 2013

Gunung-gunung kita dan Energi Panas Bumi




Indonesia yang terletak pada jalur gunungapi lingkar Pasifik dan lintas Asia memiliki lebih dari 400 gunung berapi dan 129 di antaranya aktif, sehingga Indonesia merupakan negara yang paling kaya akan gunung di dunia (16%). Pada bulan Maret 2013 Pusat Data Informasi dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), menyebutkan, 18 gunung berstatus waspada yakni Gunung Dieng, Seulawah Agam (Aceh, Sumatera), Papandayan (Garut, Jabar), Dukuno (Pulau Halmahera), Sinabung (Kab Karo, Sumatera Utara), Marapi (Sumatera Barat), Tangkubanparahu (Lembang, Jabar), Soputan (Sulawesi Utara), Semeru (Lumajang, Jatim), Krakatau (Selat Sunda), Gamkonora (Halmahera), Talang (Solok, Sumatera Barat), Bromo (Jatim), Ibu (Halmahera), Kerinci (Jambi, Sumatera), Ili Lewotolo (Pulau Lembata), Sangeangapi (Kepulauan Nusa Tenggara), dan Gamalama (Maluku Utara).

Mikoriza, Tanah dan Tanaman di Lahan Kering

AR Assyakur

Mikoriza merupakan asosiasi simbiotik antara akar tanaman dengan jamur. Asosiasi antara akar tanaman dengan jamur ini memberikan manfaat yang sangat baik bagi tanah dan tanaman inang yang merupakan tempat jamur tersebut tumbuh dan berkembang biak. Prinsip kerja dari mikoriza ini adalah menginfeksi sistem perakaran tanaman inang, memproduksi jalinan hifa secara intensif sehingga tanaman yang mengandung mikoriza tersebut akan mampu meningkatkan kapasitas dalam penyerapan unsur hara (Iskandar, 2002).

Mikoriza merupakan salah satu dari jenis jamur. Jamur merupakan suatu alat yang dapat memantapkan struktur tanah. Menurut Hakim, dkk (1986) faktor-faktor yang terlibat dalam pembentukan struktur adalah organisme, seperti benang-benang jamur yang dapat mengikat satu partikel tanah dan partikel lainnya. Selain akibat dari perpanjangan dari hifa-hifa eksternal pada jamur mikoriza, sekresi dari senyawa-senyawa pilysakarida, asam organik dan lendir yang di produksi juga oleh hifa-hifa eksternal, akan mampu mengikat butir-butir primer/agregat mikro tanah menjadi butir sekunder/agregat makro. Agen organik ini sangat penting dalm menstabilkan agregat mikro dan melalui kekuatan perekat dan pengikatan oleh asam-asam dan hifa tadi akan membentuk agregat makro yang mantap (Subiksa, 2002).