Selasa, 12 Maret 2013

Program Pemberdayaan Komunitas Basis

PERPEC atau Peasants’ Rights Participatory Education for A Community-Based Rural Empowerment pada dasarnya adalah musyawarah untuk mufakat yang terbimbing pada awal dari proses, dan semakin mendekati puncak dilepas pada mekanisme rembug masyarakat desa sendiri. Tentu tema-tema pokok yang merupakan 6 (enam) matra pengarus-utamaan program-program CINDELARAS PARITRANA tetap dijalankan, dan merupakan kurikulum pendidikan. Pada PERPEC I meliputi: (1) Hak-Hak Asasi Petani, (2) Kritik terhadap Globalisasi dan Menggalang Gerakan Sosial Baru, (3) Pemberdayaan Berkelanjutan khususnya Pertanian Organik, (4) Mengembangkan Bela Kemanusiaan, (5) Menggalang Solidaritas lewat Credit Union dan Koperasi, dan (6) Meningkatkan Kesetaraan Gender.

Untuk PERPEC II lebih menekankan pada pendidikan pelatihan strategi dan kiat-kiat untuk menjadikan 6 matra pengarus-utamaan berjalan secara realistis dalam kehidupan sehari-hari bagi para petani dan masyarakat miskin lainnya. Misalnya saja, tentang pemberdayaan berkelanjutan melalui pertanian organik yang dilatihkan, dari bagaimana menyiapkan lahan pertanian dengan kompos dan bibit pilihan, sampai pada pemeliharaan dan pengadaaan lumbung pangan berikut mekanisme penjualan hasil produksinya. Tentang membangun Credit Union (CU) maupun memekarkannya, diadakan pendidikan filosofi dan manajemen CU secara sederhana, strategi pengembangan dan pemanfaatannya, serta bagaimana CU dipakai sebagai salah satu kaki dari kaki-usaha. Pada kedua contoh, lumbung dan CU, praktek tentang kesetaraan gender sudah di-subversifkan ke dalam pendidikan pelatihan tersebut. Contoh ketiga adalah bagaimana sebuah komunitas diorganisir sebagai organisasi perjuangan hak petani dan mengembangkan model alternatif yang pro rakyat.

Dengan kata lain, semua matra pengarus-utamaan itu dijadikan bahan pembelajaran bersama yang akhirnya mengerucut pada sebuah rumusan kecil bahwa kunci keberhasilan program pemberdayaan terletak pada sikap mental dan kreativitas pelaku pembangunan itu sendiri, alias masyarakatnya. Oleh karena itu, langkah awal menemani dan memberdayakan masyarakat dicoba melalui dialog dengan mereka, yakni melalui program pendidikan penyadaran yang dikenal dengan PERPEC. PERPEC ini sudah dijalankan CINDELARAS PARITRANA sejak tahun 2001 sebagai bagian dari dialog bersama, seiring dengan berjalannya proyek yang didanai CCFD. Pada tahun-tahun berikutnya, CINDELARAS PARITRANA mengambil langkah baru dengan melakukan pendidikan PERPEC terlebih dahulu ke komunitas-komunitas dampingannya yang baru. Kalau CO-PAR dimaksudkan untuk memetakan berbagai faktor yang memengaruhi pemiskinan dan pembodohan rakyat-jelata di pedesaan dan membuat strategic planning mengatasinya, maka PERPEC didesain untuk meningkatkan wawasan dan ketrampilan rakyat-jelata, khususnya keluarga petani kecil, hingga mampu mengatur langkah mengatasi masalah bersama seraya mengembangkan model alternatifnya.

Tahun 2002, melalui PERPEC, CINDELARAS PARITRANA membuka relasi dengan enam komunitas baru, yaitu: Jetis, Praon, dan Ngoro-oro di Gunungkidul, Ngliseng di Bantul, Pagerharjo di Kulonprogo, kelimanya di propinsi DIY, dan Sumbersari di Purworejo, Jawa Tengah. Dampak dari pendidikan PERPEC yang diperkuat dengan pendampingan tenaga lapangan CINDELARAS PARITRANA adalah munculnya kesadaran kritis di masing-masing komunitas. Meskipun kesadaran kritis yang terbangun masih bersifat personal, namun ada pencapaian positif yang harus diapresiasi. Khusus di Sumbersari, kesadaran yang terbangun menghasilkan upaya konsolidasi membentuk organisasi tani alternatif, Kelompok Muda Karya Tani, yakni kelompok orang muda bertani organik. Pada tahun 2003, melalui program PERPEC, CINDELARAS PARITRANA kembali mengembangkan komunitas dampingan. Ada tujuh dusun di DIY, yaitu Ngrandu, Wanglu, dan Tobong di Gunungkidul, kemudian Sendangsari, dan tiga dusun yang masuk kawasan Lo-Rejo (Puluhan, Jitar, dan Pingitan) di Sleman, dan satu dusun di Jawa Tengah, yaitu Kedunggubah di Kaligesing, Purworejo. Kompleksitas permasalahan yang dihadapi masyarakat ternyata berdampak juga pada semakin terpinggirkannya kaum perempuan sebagai bagian tak terpisahkan dari sebuah keluarga atau rumah tangga, maka PERPEC tahun 2003 sedikit diperbaharui dengan menambahkan satu materi baru, yaitu tentang kesetaraan gender.

Memasuki tahun 2004, materi PERPEC yang sama diberikan kepada tiga komunitas baru, yaitu: Sejati, Pakelan, dan Kleben yang dilaksanakan di pendopo Lo-Rejo. Ketiganya ada di wilayah Kabupaten Sleman. Dari hasil PERPEC ini, terjadi konsolidasi antara komunitas Sejati dan Pakelan dan membentuk paguyuban bersama dengan nama paguyuban Pertanian Organik Guyub Rukun (POGR), sementara komunitas Kleben membentuk paguyuban Bangunrejo. Lima komunitas ditambahkan lagi di tahun 2005-2006. Tahun 2005 PERPEC diselenggarakan di Dusun Geger di Kabupaten Bantul, Yogyakarta, dan di Dusun Tugu, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Tahun 2006 meski terjadi gempa, materi PERPEC tetap dilaksanakan di tiga komunitas, yaitu: Jomboran, Sleman, dan Sodo, Gunungkidul, (DIY) dan Balak, Klaten, (Jateng). Materi PERPEC diberikan bersamaan dengan program-program emergency, recovery, dan rehabilitasi untuk korban bencana gempa. Dalam penanganan korban Gempa Yogya 2006, CINDELARAS PARITRANA ikut ambil bagian secara aktif di 24 komunitas, di luar komunitas reguler. Dengan berbagai pertimbangan akhirnya hanya sembilan komunitas yang siap dan terorganisir untuk menerima materi PERPEC. Komunitas tersebut terdiri dari beberapa dusun, yakni: Kaligondang, Bungas, Payak Cilik, Dermojurang (Kabupaten Bantul), Terbah, Mongkrong, Jonggrang (Kabupaten Gunungkidul), dan Nglatihan II, Mirisewu (Kabupaten Kulonprogo). Program PERPEC baru dilanjutkan tahun 2009 yang dilaksanakan di tiga dusun: Modinan, Bakalan (Sleman), dan Nabin (Magelang, Jateng).

Pada tahun 2010/ 2011, CINDELARAS PARITRANA mengadakan pendidikan pelatihan PERPEC II yang lebih maju selangkah untuk mendampingi enam komunitas yang sudah mendapatkan pendidikan penyadaran PERPEC I. Adapun PERPEC II lebih dari sekedar penyadaran sebagaimana PERPEC I dan mengisinya dengan strategic planning untuk membangun model alternatif pro rakyat ditambah dengan ketrampilan-ketrampilan yang dibutuhkan untuk itu. Pada saat ini, fokus program ada pada dua hal pokok dasar kehidupan sehari-hari petani, yakni: membangun kedaulatan finansial lewat pengembangan Credit Union a la filosofi petani dan lumbung pangan organik yang bersifat fair trade and distribution. Keenam komunitas yang dipilih pada tahun 2010/ 2011 berdasar pada dialog dengan masyarakat sendiri, yakni: Lo-Rejo dan Kleben (Kabupaten Sleman), Payak Cilik (Kabupaten Bantul), Jetis dan Praon (Kabupaten Gunungkidul), ketiganya di Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Balak (di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah).

Sebagai hasilnya, di enam komunitas pedesaan tersebut para petani yang bergabung sudah mulai mendirikan Lumbung Pangan, khususnya padi. Bahkan di Jetis, Lumbung Padi sudah berjalan lama, maka Komunitas Jetis menambah satu lumbung baru, yakni Lumbung Kotoran Hewan (tlethong), khususnya sapi dan kambing, untuk kompos. Di enam komunitas tersebut, CINDELARAS PARITRANA, juga mendorong dan memfasilitasi masyarakat tani untuk lebih menguatkan manajemen dan manfaat dari Credit Union atau semi-Credit Union yang telah kami fasilitasi sejak beberapa tahun lalu. Di lingkungan gerakan CINDELARAS PARITRANA, pada saat ini sudah ada tiga Credit Union/ Semi-Credit Union: (1) Credit Union “Cindelaras Tumangkar” dengan anggota per 30 Juni 2011, sebesar 2797 orang (laki-laki: 1525 orang, perempuan: 1272 orang) beroperasi di seluruh DIY dan Jawa Tengah dimana anggota komunitas Lo-Rejo, Balak, Payak Cilik, Kleben dll. menjadi anggotanya; (2) Credit Union “Ngudi Lestari” di Komunitas Jetis, dengan anggota per 30 Juni 2011 sebesar 340 orang atau 119% penduduk karena anggotanya juga dari dusun tetangga, dan (3) Semi-Credit Union KUPP “Rahayu“ di Komunitas Praon, dengan anggota per 30 Juni 2011 sebesar 141 unit rumah tangga atau 40% dari total rumah tangga di Praon.

Sejak 2002 hingga 2011, PERPEC telah dilaksanakan di 34 komunitas. Meliputi dua provinsi, empat kabupaten di DIY dan tiga kabupaten di Jawa Tengah. Secara personal program ini sudah diikuti 1021 orang. Dari proses PERPEC ini mereka menyadari bahwa hidupnya telah terkooptasi oleh kekuatan dahsyat yang berada di luar dirinya. Tanpa sadar pula mereka tergiring pada pola hidup individualis. Kerekatan dan kepedulian sosial menjadi barang usang yang tak diperlukan lagi. Secara kasat mata, PERPEC berhasil mengubah pandangan mereka. Masyarakat pun menanggapi kegiatan pendidikan ini dengan respon yang berbeda. Ciri yang paling nampak adalah adanya kesadaran untuk hidup dalam kebersamaan, tidak lagi individual. Ini terlihat dari upaya mereka membentuk kelompok-kelompok yang bersedia membangun mimpi bersama. Ada yang secara konsisten menjaga “mimpi bersama” tersebut, meski tak segera mengubahnya menjadi kenyataan. Ada yang mulai melangkah dan menemukan lorong alternatif menuju pembebasan. Ada yang masih berjalan di tempat. Ada juga yang justru menemui kebuntuan.




1 komentar:

  1. Teman-teman dapat menelusuri pengalaman ini dalam buku "MANAJEMEN DAN PRAKTEK GERAKAN SOSIAL BARU". Silakan hubungi CINDE BOOKs Telp 0274 889611, atau berkunjung ke jl Pangkur 19, Ganjuran, Manukan, Condongcatur, Jogja.

    BalasHapus